Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengacara Assyifa: Jaksa Punya Pemahaman yang Keliru atas Pembelaan Kami

Kompas.com - 02/12/2014, 18:06 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengacara Assyifa Ramadhani, terdakwa pembunuh Ade Sara Angelina Suroto, menilai Jaksa Penuntut Umum (JPU) Aji Susanto tidak memiliki kemampuan yang baik untuk menelaah nota pembelaan mereka.

Hal ini disampaikan Syafrie Noer, pengacara Assyifa, dalam sidang duplik—tanggapan terdakwa atau pembelanya atas replik (tanggapan jaksa atas pembelaan terdakwa)—di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (2/12/2014). [Baca: Hari Ini, Pembelaan Terakhir Assyifa Ramadhani]

"Jaksa tak punya kemampuan untuk menelaah pleidoi atau pembelaan. Jaksa juga punya pemahaman yang keliru atas pembelaan kami," ujar Syafrie Noer. Menurut Syafrie, hal itu terlihat dari tanggapan jaksa penuntut terhadap pembelaan mereka.

Pekan lalu, jaksa menyebut pembelaan pengacara sangat kontradiktif karena meminta terdakwa, Assyifa Ramadhani, dibebaskan. Padahal, Assyifa sudah mengakui pembunuhan yang dia lakukan. [Baca: Jaksa: Assyifa Minta Dibebaskan, Berlebihan]

Syafrie mengatakan, yang diminta oleh pengacara sebenarnya adalah membebaskan Assyifa dari dakwaan primer mengenai tuduhan pembunuhan berencana, bukan membebaskan Assyifa dari semua dakwaan.

Menurut Syafrie, hal itu didasari oleh beberapa pertimbangan. Pertama, Assyifa telah mengakui bahwa ia melakukan penganiayaan terhadap Ade Sara bersama terdakwa lain, Ahmad Imam Al Hafitd atau Hafitd. Kedua, Assyifa juga telah mengakui, penganiayaan itu mengakibatkan kematian Ade Sara.

"Melihat itu, kami selaku penasihat hukum harus obyektif untuk tidak membabi buta membebaskan terdakwa dari semua dakwaan," ujar Syafrie.

Sebelumnya, Jaksa Aji Susanto mengatakan, permintaan akan terlalu besar jika tim pengacara Assyifa Ramadhani menginginkan Assyifa bebas dari dakwaan. Aji menyampaikan itu dalam sidang replik di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (25/11/2014). "Meminta dibebaskan dari dakwaan primer adalah permintaan yang berlebihan," ujar Aji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com