Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategisnya Jakarta untuk Sindikat Penipuan WN Tiongkok

Kompas.com - 13/05/2015, 08:49 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam satu bulan, Polda Metro Jaya membongkar dua kejahatan transnasional yang melibatkan Warga Negara Asing asal Tiongkok. Dua kejahatan transnasional ini mempekerjakan puluhan orang dalam satu tempat tinggal.

Pakar Hukum Pidana Ferdinand Andi Lolo mengatakan, tren ini memperlihatkan adanya pemilihan wilayah yang strategis bagi penjahat untuk menjalankan kejahatannya. Indonesia, lebih tepatnya Jakarta menjadi tempat kamuflase yang dinilai baik.

“Ketika mereka di luar negeri, mereka punya kamfulase dan perlidungan lebih ketimbang di Beijing atau Tiongkok,” kata Ferdinand saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Rabu (13/5/2015).

Puluhan WNA asal Tiongkok itu sengaja bersembunyi di wilayah perkotaan karena dianggap lebih aman. Jika membaca dua kejahatan transnasional yang telah dibongkar Polda Mtero Jaya, keduanya berada di tengah-tengah masyasrakat. Hal ini didasari masyarakat perkotaan selama ini dianggap telah menjadi individualis.

Misal, 33 WNA asal Tiongkok bersembunyi di perumahan elit di Jalan Kenanga, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Meskipun berada di perumahan, masyarakat tidak begitu menyadari praktik kejahatan transnasional tersebut.

Kemudian kasus kedua, 30 WNA asal Tiongkok bersembunyi di ruko Jalan Elang Laut, Blok D No. 11-12, Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka melakukan kamuflase dengan membuka ruko perlengkapan bayi dan anak.

“Di Indonesia, khususnya Jakarta, tumbuh tren individualistis. Masyarakat perkotaan tidak peduli terhadap sekitarnya dan itu dimanfaatkan mereka. Kalau tempat sepi kan langsung diperhatikan,” kata dosen di Universitas Indonesia ini.

Koordinasi diplomatik

Selain itu, sifatnya yang transnasional, setidaknya membuat penegak hukum di Tiongkok, dalam hal ini Kepolisian Tiongkok, tidak serta merta langsung menangkap warga negaranya yang melakukan kejahatan di Indonesia. Pihak Kepolisian Tiongkok tentunya harus melakukan langkah-langkah pendekatan dengan Kepolisian Indonesia untuk bisa menangkap warga negaranya.

“Aparat kepolisian yang mau melakukan penangkapan kan sifatnya lintas negara, jadi ada beberapa hal yang harus dilakukan. Ini yang kemudian membuat penjahat jadi diuntungkan,” ucap Ferdinand.

Koordinasi yang memakan waktu dianggap jadi celah para penjahat tersebut bisa berpindah-pindah dengan mudah. Mereka memanfaatkan waktu koordinasi sebagai waktu untuk melarikan diri dari kejaran polisi.

“Karena butuh koordinasi diplomatik. Sebab, ini kan jurisdiksi yang berbeda,” ucap Ferdinand.

Dilematis turis Indonesia yang saat ini tengah membuka keran wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia dianggap perlu berhati-hati. Sebab, di antara para turis itu bisa saja berniat melakukan kejahatan teroganisir di Indonesia.

"Itu membuntungkan mereka. Mungkin yang dilihat Indonesia ini lebih terbuka. Lebih gampang dimasukin oleh orang orang yang mengaku turis. Jadi dia memandaatkan keterbukaan,” kata Ferdinand.

Kasus puluhan WNA asal Tiongkok kemarin memperlihatkan mereka datang ke Indonesia sebagai visa turis. Kendati demikian, mereka melakukan kejahatan di Indonesia. “Ketika orang asing masuk tidak bilang kejahatan, selama dia visa turis dan izin masuk ya silakan masuk,” kata Ferdinand.

Namun, setelah masuk ke Indonesia, mereka tidak diawasi secara menyeluruh. Sehingga, terbuka kesempatan bagi para penjahat transnasional melakukan aksinya di Indonesia khususnya Jakarta.

Dua kejahatan transnasional berhasil dibongkar Polda Metro Jaya, pertama yang melibatkan 33 WNA asal Tiongkok di Jakarta Selatan pada Rabu (6/5) lalu. Kedua, melibatkan 30 WNA asal Tiongkok di Jakarta Utara pada Selasa (12/5) kemarin. Kedua kejahatan transnasional tersebut melakukan aksi penipuan terhadap warga negaranya di tempat asalnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com