Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Enggak Usah Peralat Anak-anak Buat Ikutan Demo

Kompas.com - 25/05/2015, 10:12 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta warga bantaran Kali Ciliwung untuk tidak memberdayakan anak-anak mereka turut melakukan aksi unjuk rasa.

Menurut Basuki, saat ini, kebanyakan pihak yang melakukan aksi unjuk rasa adalah pihak yang mendapat bayaran dari oknum tertentu atau mereka yang memiliki lapak ilegal dan menyewakan kepada warga kurang mampu. 

"Pandangannya sederhana saja, enggak usah memperalat anak-anak, yang demo-demo datang ke sini juga selama ini saya sudah bilang kan, kalian yang marah-marah kan yang penyewa lahan," kata Basuki, di Balai Kota, Senin (25/5/2015). 

Pada Jumat (22/5/2015) lalu, puluhan anak yang berseragam putih dan merah atau Sekolah Dasar (SD) turut melakukan aksi unjuk rasa di depan halaman Balai Kota dan menggoyang-goyangkan pagar. [Baca: Belasan Anak Berseragam SD Demo Ahok, Goyang-goyang Pagar Balai Kota]

Mereka berteriak menolak rumah mereka di bantaran Kali Ciliwung tidak dibongkar. Mereka bersama massa dewasa lainnya akhirnya diterima Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat pada siang harinya.

Menurut Basuki, aksi penolakan oleh oknum penyewa tidak hanya dilakukan untuk kasus pembongkaran bantaran kali. Namun juga oknum penyewa lahan negara atau kios di lokasi binaan (lokbin) serta lokasi sementara (loksem).

"Saya gampang saja, kalau kamu mau ribut, saya gugat kamu. Karena kamu menyewakan lahan negara. Kami pasti akan pindahkan kamu, tetapi kalau rusun belum siap, ya belum dipindahkan. Kamu tinggal di dalam sungai, kebanjiran, pakai lapor-lapor media. Kamu tinggal di dalam sungai, pasti kebanjiran lah," kata dia.

Bahkan, lanjut Basuki, warga lebih untung jika menetap di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) dibanding rumah di bantaran kali. Sebab, warga diharuskan membayar sewa fantastis kepada oknum penyewa lahan negara di bantaran kali.

Apabila tinggal di bantaran kali, warga harus membayar Rp 500.000 tiap bulannya kepada oknum penyewa.

"Kalau Anda saya pindah ke rusun, Anda hanya bayar Rp 140 ribu untuk sewa rumah berukuran 5x6 meter. Kalau ditambah air PAM, listrik, paling habisnya Rp 400ribu sebulan, artinya kamu lebih untung tinggal di rusun, sekarang juga ada klinik gratis di rusun. Anak-anak anda yang enggak punya KJP (Kartu Jakarta Pintar) juga kami kasih," kata pria yang biasa disapa Ahok itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com