Pakar psikologi politik Hamdi Moeloek menganggap, ketersinggungan itulah yang kemudian membuat Prasetio memilih melakukan tindakan yang menyimbolkan bahwa ia memiliki kekuasaan yang setara dengan Ahok.
"Dia bilang Ahok tidak kooperatif. Karena menilai Ahok tidak kooperatif itulah yang membuat dia dengan pongahnya menahan-nahan pengesahan laporan dan APBD. Dia mau pamer kekuasaan," ujar Hamdi kepada Kompas.com, Senin (12/10/2015).
Hamdi menilai, tindakan Prasetio itu sangat tidak elok sebab merugikan kepentingan yang lebih besar dan berdampak terhadap masyarakat, yakni pengesahan Rancangan APBD (RAPBD) Perubahan 2015. Oleh karena itu, Hamdi menganggap Prasetio bukanlah pejabat publik yang menjadi part of solution, melainkan part of problem. Ia pun menilai Prasetio belum layak disebut sebagai seorang negarawan.
"Apalagi sekarang dia malah secara terang-terangan merasa jemawa. Merasa Ahok butuh tanda tangan dia," ujar guru besar dari Universitas Indonesia ini.
"Bahwa eksekutif dan legislatif harus kerja sama demi kepentingan publik itu iya, asal bukan kerja sama demi keburukan, misal main mata saling menutupi korupsi misalnya. Jadi, jangan karena DPRD kesal sama Ahok karena tidak mau diajak kompromi soal yang seperti itu, kepentingan publik disandera," ujarnya.
Seperti diberitakan, Ahok mengaku mendapat laporan dari Kementerian Dalam Negeri yang menyatakan bahwa RAPBD-P 2015 tidak bisa disahkan sebelum adanya dokumen LKPJ APBD 2014 yang telah disahkan oleh Ketua DPRD.
Saat dikonfirmasi, Prasetio mengakui bahwa ia memang belum menandatangani LKPJ APBD 2014. Ia sengaja melakukannya agar Ahok menyadari bahwa dia membutuhkan DPRD. Sejatinya, kata Prasetio, pemerintah daerah terdiri dari eksekutif dan legislatif.
"Ternyata, dia mencari Ketua DPRD buat tanda tangan kan. Dia butuh dengan DPRD. Pemda DKI itu ada eksekutif, ada legislatif. Ayolah, kita jalin hubungan dengan pikiran yang baik dan terbuka serta saling menghargai. Itu yang penting," ujar dia saat dihubungi, Sabtu (10/10/2015).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.