Selama kurang lebih 30 menit memberi sambutan, Basuki tak henti-hentinya menyatakan kekesalannya terhadap Ratna serta jajaran pejabat di bawahnya.
Basuki mengawalinya dengan mengapresiasi peringatan warga kepada Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. Warga itu meminta dinas tersebut untuk tidak sekadar membangun, tapi juga menjaga taman tersebut.
Basuki kemudian menyinggung kegagalan DKI memenuhi jumlah ideal ruang terbuka hijau (RTH). Dari jumlah ideal 30 persen RTH, Jakarta baru terpenuhi 9,98 persen saja.
Menurut Basuki, hal itu disebabkan Dinas Pertamanan gagal membeli lahan untuk dijadikan RTH. Ia menuding ada oknum pegawai negeri sipil (PNS) yang mengambil komisi dari pembelian lahan.
"Jakarta enggak pernah capai 10 persen RTH karena pas lahannya mau diambil, dimintai macam-macam. Saya temukan banyak oknum minta komisi biar beli tanah 10 sampai 17 persen. Masyarakatnya diteken-teken," kata Basuki.
"Jajaran Dinas Pertamanan harus kerja keras semua. Saya sampai kebawa tidur (mimpi) pecatin semua pejabat eselon II, III, IV dan pecat Kepala Dinas Pertamanan," kata Basuki.
Basuki menyoroti kinerja Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. Kerja dinas ini sebenarnya sudah dilakukan oleh pihak lain.
Basuki memberi contoh, pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) dilakukan oleh perusahaan swasta.
Kemudian topping pohon tua untuk ditebang dilakukan oleh pekerja prasarana dan sarana umum (PPSU), dan lain-lain.
Sementara Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta kerap gagal dalam upaya pembebasan lahan pembangunan RTH.
"Bu Ratna terpaksa saya ganti lho, Bu. Saya udah agak sebal lho ini. Lama-lama dinas taman mau ngapain lagi," kata Basuki kesal.
Selain itu, ia juga meminta agar Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta tidak bermain nama pekerja harian lepas (PHL) fiktif.
Di kelurahan, kata dia, disebutkan ada 30 PHL Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Namun, Basuki melihat yang ada hanyalah petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU).