Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saling Tuding Ahok dan Taufik soal Tambahan Kontribusi di Raperda Reklamasi

Kompas.com - 08/04/2016, 09:04 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ada perbedaan signifikan ketika bicara soal tambahan kontribusi dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dengan Ketua Badan Legislasi Daerah (Balegda) DKI Jakarta Mohamad Taufik.

Basuki dan Taufik menyampaikan hal yang berlawanan, terutama tentang besaran tambahan kontribusi yang ditetapkan dan pembahasannya dalam dua raperda terkait reklamasi Pantai Utara Jakarta.

Bila melihat kembali, pengertian tambahan kontribusi adalah satu dari tiga poin kewajiban bagi pengembang yang terlibat dalam proyek reklamasi. Tiga poin tersebut ialah kewajiban, kontribusi, dan tambahan kontribusi.

Pada Senin (4/4/2016), Basuki menuturkan, pihaknya sempat diberikan draf usulan Raperda Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta oleh Taufik. Dalam draf usulan tersebut, besaran tambahan kontribusi yang sedari awal diminta Pemprov DKI ditetapkan sebesar 15 persen diusulkan turun jadi 5 persen.

Cara menghitung tambahan kontribusi adalah besaran tambahan kontribusi, dalam hal ini ada yang 15 dan 5 persen, dikali nilai NJOP dikali saleable area sebuah pulau hasil reklamasi. Basuki menolak mentah-mentah usulan yang disebut berasal dari Taufik, bahkan menuliskan kata "gila bisa pidana korupsi" dalam draf tersebut sebelum dikembalikan kepada Taufik.

Pemprov DKI ingin besaran tambahan kontribusi ditetapkan 15 persen agar pengembang dapat memberikan lebih bagian dan manfaat dari pulau untuk kepentingan masyarakat umum. Bila diturunkan menjadi hanya 5 persen, itu dianggap menguntungkan pengembang.

Ketika dikonfirmasi pada Kamis (7/4/2016), Taufik menyampaikan hal yang berbeda. Dia menjelaskan, sejak awal, Basuki justru tidak setuju dengan besaran tambahan kontribusi 15 persen karena nilainya terlampau tinggi. Adapun saat membicarakan hal tersebut dengan Basuki, ada Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah yang menjadi saksi.

"Pak Ahok (sapaan Basuki) waktu itu ngomong sama saya keberatan. Kita kan ada simulasi (hitung-hitungan tambahan kontribusi), disaksikan sama Sekda. Ketika disampaikan ke Ahok, dia kaget juga. 'Waduh, gede banget,' itu kata-kata Ahok," tutur Taufik. (Baca: Taufik Sebut Ahok Awalnya Tidak Setuju Tambahan Kontribusi 15 Persen)

Setelah berpikir Basuki enggan memasukkan poin tambahan kontribusi ke dalam raperda, pada rapat selanjutnya, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah DKI Jakarta Tuty Kusumawati yang mewakili Pemprov DKI justru menyampaikan Basuki ingin tetap besaran tambahan kontribusi ditetapkan 15 persen.

Lebih lanjut, Taufik mengungkapkan, dua poin dari kewajiban pengembang, yakni kewajiban dan kontribusi, memiliki dasar hukum yang jelas. Poin kewajiban diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta dan poin kontribusi diatur dalam peraturan Bappenas, sedangkan poin tambahan kontribusi tidak memiliki dasar hukum yang jelas.

"Ketika kita tanya apa dasar hukum tambahan kontribusi ke Biro Hukum DKI Jakarta, enggak bisa jawab. Itu diskresi saja tambahan kontribusinya. Kalau diskresi, masukkin saja di pergub, jangan di perda," ujar Taufik.

Bangunan ilegal

Terlepas dari apa perdebatan Basuki dengan Taufik, dua raperda terkait reklamasi saat ini masih belum mencapai kesepakatan antara Balegda dan Pemprov DKI sebagai eksekutif. (Baca: Apa Dampak jika Raperda Proyek Reklamasi Tak Disahkan?)

Jika tidak kunjung ada kesepakatan, izin membangun bangunan tidak bisa dikeluarkan bagi pengembang. Segala pembangunan yang dilakukan oleh pengembang hingga saat ini akan dianggap ilegal dan menyalahi aturan karena izin yang keluar baru izin pelaksanaan reklamasi, bukan izin zonasi dan tata ruangnya.

Kompas TV Seperti Apa Reklamasi Seharusnya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com