Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye yang Gunakan Isu SARA Diprediksi Kalah Telak pada Pilkada DKI 2017

Kompas.com - 10/05/2016, 17:52 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pendiri Public Virtue Institute atau Change.org, Usman Hamid, mengatakan, isu-isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang beredar menjelang Pilkada DKI 2017 bukanlah sebuah ketegangan yang terjadi di masyarakat.

Isu-isu itu justru dimainkan oleh elit-elit politik di Ibu Kota.

"Isu SARA itu memang urusan politik jadinya. Ini bukan sebuah ketegangan sosial yang besar, tapi merupakan buah dari kontestasi di tingkat elit," kata Usman dalam sebuah diskusi publik dan rilis survei di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (10/5/2016).

Pertarungan isu SARA yang terjadi di Indonesia, khususnya Jakarta, dinilai tidak berbanding lurus dengan kondisi politik di dunia. Usman pun membandingkan Pilkada di Indonesia dengan Pilkada di beberapa negara lainnya.

"Banyak negara justru nenempatkan tokoh nonmuslim sebagai pemimpinnya. Dalam kasus Mesir, presiden itu juga mengusulkan wakilnya dari nonmuslim. Itu realitas dunia yang sebenarnya bertolak belakang dengan elit-elit lokal atau nasional di Indonesia," papar Usman.

Menurut dia, fakta tersebut menunjukkan bahwa klaim keharaman untuk memilih pemimpin nonmuslim itu sepenuhnya merupakan permainan politik.

"Jadi konservatif beragama (di masyarakat) benar, tapi isu SARA itu ditunggangi oleh aktor-aktor politik di dalam proses kontestasi," ujarnya. (Baca: Survei: Warga DKI Tak Terpengaruh Isu SARA Jelang Pilkada 2017)

Dengan melihat perkembangan perilaku sosial masyarakat, Usman memprediksi bahwa aktor-aktor yang menggunakan isu SARA dalam Pilkada DKI 2017 akan kalah. Prediksinya itu berkaca pada Pilkada 2012 yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama sebagai gubernur dan wakil gubernur.

"Saya prediksi tidak akan efektif (kampanye menggunakan isu SARA). Justru mereka yang menggunakan isu SARA akan menerima kekalahan telak di pilkada 2017. Itu didasarkan pada pengalaman-pengalaman sebelumnya," tutur Usman.

Warga Jakarta, kata Usman, kini berpikir bahwa program pelayanan publik jauh lebih penting daripada hanya memikirkan mana pemimpin muslim dan nonmuslim. Kondisi ini justru disebut menguntungkan Ahok, sapaan Basuki.

"Ahok diuntungkan oleh beberapa tahun pemerintahannya, apakah dia layak dipilih kembali atau tidak. Yang lain memiliki kekurangan, apakah itu Yusril, Adhyaksa Dault, dan lainnya," kata dia. (Baca: "Warga Jakarta Merindukan Kontestasi Calon yang Punya 'Track Record'...")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com