JAKARTA, KOMPAS.com - Juru bicara "Teman Ahok", Amalia Ayuningtyas menjelaskan, ada sejumlah cara yang dilakukan untuk memalsukan data dalam pengumpulan KTP. Amalia mengatakan, sejumlah modus yang ditemukan saat pengumpulan seperti nomor ponsel fiktif, pemalsuan tanda tangan, hingga nomor induk kependudukan (NIK) fiktif.
Bahkan, tak jarang saat dilakukan verifikasi, ditemukan adanya data KTP yang berbeda. Misalnya, di sebuah KTP tercatat dengan NIK dan nama yang berbeda.
"Modus lainnya seperti NIK, enggak ditandatangani, tanda tangan palsu, nomor HP fiktif, bahkan ada NIK A, tapi orang nya B, dan isinya C, itu dipotong-potong jadi baru padahal itu milik tiga orang yang dijadikan satu," ujar Amalia di Markas Teman Ahok, Jakarta Selatan (21/6/2016).
Amalia menjelaskan, kemungkinan sangat kecil untuk bisa lolos dalam verifikasi yang mereka lakukan. Karena menurutnya ada sejumlah tahapan verifikasi yang dilakukan Teman Ahok seperti pengecekan secara random melalui pesan singkat dan sambungan telepon. (Baca: Pengumpul Data KTP "Teman Ahok" Mengaku Lakukan Kecurangan)
"Salah satu syarat paling berat untuk maju sebagai independen adalah administrasi karena paling rentan, orang bisa ngumpulin KTP banyak, kalau kami enggak benar-benar cek bisa-bisa kebobolan," kata Amalia.
Amalia kemudian menyebut, dari verifikasi nomor ponsel pun sebenarnya sudah dapat diketahui. Misalnya, ada yang memberikan nomor ponsel fiktif.
"Ada yang waktu ditelepon dia bilang 'saya enggak ngerasa ngumpulin KTP, tapi kalau saya ngumpulin KTP, saya dapat apa?" ujar Amalia. (Baca: "Teman Ahok Banyak Kebohongan, tapi Saya Cinta Pak Ahok")
Sebelumnya, sejumlah orang yang mengaku sebagai pengumpul KTP Teman Ahok menyebut ada kecurangan yang dilakukan saat pengumpulan KTP. Namun, Teman Ahok langsung membantah dan mengatakan seluruh KTP telah melewati verifikasi yang ketat.