JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak kepolisian tengah mengusut dugaan kelalaian dalam insiden robohnya jembatan penyeberangan orang (JPO) di Pasar Minggu pada Sabtu (24/9/2016).
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Eko Hadi Santoso mengatakan, pihaknya telah memanggil saksi-saksi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
"Kasusnya ditangani Polsek Pasar Minggu, rencananya nanti akan diambil alih Polda Metro Jaya, diperiksa juga nanti instansi-instansi terkait seperti Dishub," kata Eko di Mapolda Metro Jaya, Senin (26/9/2016).
(Baca juga: Pemprov DKI Siap Menanggung Biaya Sekolah Anak dari Korban Tewas JPO Pasar Minggu)
Pada Minggu (25/9/2016), Puslabfor Mabes Polri telah melakukan olah TKP dan mengumpulkan barang bukti berupa potongan-potongan besi rangka JPO.
Sebagian JPO tersebut roboh diduga akibat tak kuat menahan papan reklame yang dipasang di sisi badannya.
Tiga korban tewas akibat ambruknya JPO di Pasar Minggu. Ketiganya merupakan warga Depok. Mereka adalah Sri Hartati (52) dan cucunya, Aisyah Zahra Ramadhani (8), serta Lilis Lestari Pancawati (43).
Sementara itu, delapan orang lainnya menderita luka-luka dan dirawat intensif di RSUP Fatmawati dan RSUD Pasar Minggu.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yakin ada mafia iklan di JPO di Jakarta.
Mafia inilah yang disebutnya mengkondisikan JPO-JPO di Jakarta dipenuhi oleh iklan.
(Baca juga: Ahok Yakin JPO di Pasar Minggu Ambruk karena Dipasangi Iklan)
Ahok mengaku mulai menyadari adanya mafia JPO di Jakarta setelah mengetahui pembangunan JPO pada masa lalu merupakan hasil kerjasama dengan pihak swasta.
Kerjasama itu membuat swasta memiliki kompensasi untuk memasang iklan di JPO.
"Ini kan kayak ada mafia iklan yang pengen mengusai JPO," kata Ahok di Balai Kota, Senin (26/9/2016).