JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Litbang Kompas pada Desember ini menunjukkan naiknya pilihan politik berdasarkan basis primordial agama atau sering disebut "politik aliran" pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Responden pemilih partai berbasis massa Islam cenderung memilih kepala daerah yang seakidah meskipun aspirasinya berbeda dengan dukungan yang diberikan partai pilihan mereka.
Sebaliknya, fenomena demikian tidak terlihat pada responden pemilih partai berbasis massa nasionalis. Pilihan responden lebih dinamis sehingga terlihat lebih cair dalam konstelasi dukungan terhadap ketiga pasangan calon. Faktor agama bukan menjadi penentu utama dalam menentukan calon gubernur pilihan mereka.
Jika partai-partai pengusung dipetakan terhadap tiga pasang calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta, akan menghasilkan dua motif utama, yaitu partai nasionalis plus Islam (partai berbasis massa Islam) dan partai nasionalis murni.
Partai nasionalis plus Islam direpresentasikan melalui pasangan nomor satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni (Partai Demokrat, PKB, PPP, dan PAN) dan pasangan nomor tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Gerindra, PKS).
Sementara itu, partai nasionalis murni direpresentasikan melalui pasangan nomor dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat (PDI-P, Golkar, Nasdem, dan Hanura).
Dari pemetaan tersebut, responden yang tergabung dalam partai koalisi pengusung Agus-Sylvi terlihat paling konsisten dalam memilih calon gubernur, yaitu 61,3 persen.
Untuk partai koalisi pengusung Ahok-Djarot sedikit lebih cair karena tidak semua responden memilih secara konsisten sesuai dengan dukungan dari partai pilihan mereka. Konsistensi pemilih koalisi partai ini mencapai 56 persen. Artinya, proporsi responden yang memiliki perbedaan aspirasi dengan garis politik partai relatif sama besarnya.
Sementara itu, pemilih partai koalisi pengusung Anies-Sandi yang memilih mereka berdua sebanyak 41,6 persen.
Survei Litbang Kompas diselenggarakan pada 7-15 Desember 2016. Survei dilakukan secara tatap muka terhadap 800 responden secara acak yang tersebar di enam kota/kabupaten di Jakarta. Jumlah responden di setiap wilayah ditetapkan secara proporsional.
Survei dilakukan menggunakan metode pencuplikan sistematis dari daftar pemilih sementara (DPS) DKI Jakarta. Tingkat kepercayaan survei ini 95 persen dengan margin error plus minus 3,46 persen. Meskipun demikian, kesalahan di luar pencuplikan dimungkinkan terjadi.
Survei Litbang Kompas: 3 Alasan Undecided Voters Belum Tentukan Pilihan
Versi cetak artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 22 Desember 2016, di halaman 10 dengan judul "Memperebutkan Pemilih Bimbang".
Anda juga bisa mengikuti ulasan Litbang Kompas terkait hasil survei pre-election Pilkada DKI dalam empat tulisan mendalam yang secara berturut-turut di Harian Kompas mulai Rabu kemarin.
Selain melalui koran cetak, Anda bisa mengakses Harian Kompas versi e-paper melalui aplikasi di telepon seluler Anda atau melalui website http://epaper.kompas.com jika dari desktop. Bagi Anda yang belum berlangganan harian Kompas, klik http://kiosk.kompas.com untuk berlangganan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.