Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Ahok-Djarot Sempat Pertanyakan soal Penggunaan Suket

Kompas.com - 01/03/2017, 14:40 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saksi dari tim pasangan calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, Wilson, sempat mempertanyakan penggunaan surat keterangan (suket) di TPS 22 Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur pada Pilkada DKI tanggal 15 Februari lalu. Penggunaan suket itu kini dipersoalkan oleh tim pasangan calon nomor pemilihan tiga Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Saat kotak suara Kelurahan Kelapa Dua Wetan dibuka di KPU Jakarta Timur, tidak ada keberatan yang ditulis saksi ketiga pasangan calon atau formulir C2 di TPS tersebut.

"C2 kan enggak ada. Enggak ada dasar kami untuk diperpanjang. Saya pikir C2-nya ada. Dasarnya C2, di C2 enggak ada apa-apa, apa yang kami perdebatkan," kata Wilson di Kantor KPU Jakarta Timur, Pulomas, Rabu (1/3/2017).

Wilson mengatakan, penggunaan C2 bisa dibahas apabila saksi menulis keberatannya dalam formulir C2 tersebut. Sementara saat C2 di dalam kotak suara dilihat, C2 tersebut kosong, tidak ada keberatan apa pun dari ketiga pasangan calon.

"Saya mau tanya sebagai saksi paslon dua. Di kecamatan enggak ada komplain, di kota enggak ada dikomplain, tiba-tiba dikomplain, dibuka C2, ini enggak ada, polos," kata dia.

Sementara itu, saksi dari tim Anies-Sandi, Amir Hamzah, mengatakan, saksi mereka di tingkat TPS memang tidak menulis keberatan dalam formulir C2. Namun, keberatan itu disampaikan saksi di tingkat kecamatan pada saat rekapitulasi penghitungan surat suara. Saksi mereka juga memotret suket yang digunakan di TPS 22 Kelapa Dua Wetan.

"Maka sebenarnya pada tingkat kecamatan kami sudah membuat keberatan," kata Amir dalam kesempatan yang sama.

Sementara itu, Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran Bawaslu DKI Jakarta Muhammad Jufri mengatakan, Bawaslu bersama tim sentra penegakan hukum terpadu (gakkumdu) perlu membuka kotak suara dan memastikan keaslian suket yang digunakan. Sebab, penggunaan suket itu dipersoalkan pada saat rekapitulasi penghitungan suara di tingkat provinsi dan dilaporkan ke Bawaslu oleh tim Anies-Sandi karena tidak sesuai aturan.

Dari laporan tersebut, tim sentra gakkumdu meminta klarifikasi dari tim Anies-Sandi sebagai pelapor, KPU Jakarta Timur, Ketua KPPS TPS 22 Kelapa Dua Wetan, Lurah Kelapa Dua Wetan, dan Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta Timur.

Tim Anies-Sandi menyerahkan fotokopi suket tersebut kepada gakkumdu. Kemudian, Dukcapil Jakarta Timur dan Lurah Kelapa Dua Wetan mengatakan bahwa pengguna suket adalah asli warga setempat sesuai yang tercantum dalam database kependudukan DKI Jakarta. Sementara Ketua KPPS TPS 22 mengatakan suket dimasukan ke dalam kotak suara.

"Tapi kami masih belum yakin kalau tidak lihat aslinya. Maka berdasarkan laporan itu, kami dari gakkumdu melakukan penyelidikan, merasa perlu untuk mencocokkan yang disampaikan pelapor," ujar Jufri.

Namun, suket tersebut tidak ditemukan di dalam kotak suara Kelurahan Kelapa Dua Wetan yang ada di KPU Jakarta Timur. Ketua KPU Jakarta Timur Nurdin menyampaikan, suket tersebut kemungkinan ada di kotak suara yang disimpan di kecamatan. Sebab, tidak semua kotak dibawa ke KPU Jakarta Timur.

Oleh karena itu, pembukaan kotak akan dilakukan di Kecamatan Ciracas setelah PPK mengundang saksi semua tim paslon di tingkat kecamatan.

Penggunaan suket di TPS 22 Kelapa Dua Wetan dipersoalkan oleh tim Anies-Sandi pada saat rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan KPU DKI Jakarta, Minggu (26/2/2017). Mereka sudah melaporkan penggunaan suket tersebut pada Jumat (24/2/2017) karena menemukan lebih dari dua jenis suket di TPS tersebut. Padahal, suket yang boleh digunakan sesuai surat edaran Kemendagri hanya dua jenis.

Gakkumdu membuka kotak suara tersebut untuk memastikan keaslian suket yang digunakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com