JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam acara "Mata Najwa" yang ditayangkan pada Senin (27/3/2017), dua calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan berdebat mengenai jaminan kesejahteraan bagi warga lanjut usia (lansia).
Mereka juga saling klaim mengenai siapa yang lebih dulu merencanakan program lansia ini.
Ahok merencanakan program "Kartu Jakarta Lansia" (KJL), sedangkan Anies dan calon wakil gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, merencanakan pemberian bantuan langsung kepada lansia.
Program bantuan langsung itu sudah tercantum pada visi misi pasangan calon yang disampaikan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta.
Baca: Asal Usul Tercetusnya Program Kartu Jakarta Lansia
Asisten Sekda Bidang Pemerintahan DKI Jakarta Bambang Sugiyono menyampaikan bahwa program KJL sudah pernah dibahas pada rapat pimpinan bersama Ahok yang digelar 20 Februari 2017 lalu. Rapim dilakukan sebelum Ahok cuti untuk kampanye putaran kedua.
"Ada, dari zaman Pak Ahok sudah ada dibicarakan di rapim (rapat pimpinan)," kata Bambang, kepada wartawan, Kamis (30/3/2017).'
Pendataan lansia yang mendapat KJL didapatkan dari dasawisma PKK. Bambang menjelaskan, pihaknya juga sudah mendapat data lansia dari laporan wali kota.
Pendataan dilakukan bertahap. Mulai dari lurah ke camat ke wali kota dan selanjutnya ke Asisten Sekda bidang Pemerintahan DKI Jakarta, dan Dinas Sosial DKI sebagai tindaklanjut.
Baca: Tim Ahok-Djarot Bantah Kartu Jakarta Lansia Tiru Ide Anies-Sandi
Adapun syarat lansia yang akan mendapat KJL adalah lansia yang sudah tidak dirawat keluarganya karena tak memiliki biaya.
"Terlantar, kamj kasih KJL. Lansia yang sudah enggak bisa kerja juga diberikan KJL," kata Bambang.
Rencananya, lansia akan mendapat Rp 600.000 tiap bulannya melalui program KJL. Sedangkan mengenai teknis penggunaan KJL masih akan dibahas.
Jangan sampai, dana yang berada di dalam KJL disalahgunakan. "Kami akan terus awasi. Dibina oleh Dinas Sosial, andai kata (penggunaan KJL) enggak benar, ya akan kami ambil kembali," kata Bambang.