JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP LEM SPSI) DKI Jakarta, Idrus, menilai persoalan pembakaran karangan bunga sudah selesai. Sebab, dia sudah meminta maaf kepada aparat pada hari itu juga.
"Saya minta maaf, saya bilang begitu ke Pak Jupan (Kasatpol PP) dan Kapolres. Saya turun ke bawah, saya minta maaf. Makanya dibersihin sama dia," ujar Idrus kepada Kompas.com, Selasa (2/5/2017).
Idrus mengatakan aksi bakar karangan bunga milik Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat itu merupakan aksi spontan. Dia mengaku meminta buruh untuk menghentikan aksi tersebut saat dia berorasi di mobil komando.
"Saya bilang mobil mundur. Ada tumpukan karangan bunga lagi tuh, jangan dibakar. Kalau saya enggak teriak, itu ada pembakaran gelombang kedua. Saya bilang jangan dibakar itu," ujar Idrus.
Baca: Buruh Bantah Pembakaran Karangan Bunga Ditunggangi Kepentingan Politik
Idrus mengaku turun dari mobil komando dan meminta maaf setelah pembakaran selesai. Saat itu, Satpol PP memang langsung menyingkirkan karangan bunga yang sebelumnya akan dibakar lagi oleh buruh.
Pemadam kebakaran juga menyiram sisa-sisa pembakaran karangan bunga tersebut. Menurut Idrus, aksi itu merupakan puncak dari kekesalan para buruh yang merasa tidak pernah didengar oleh Ahok.
Mereka ingin UMP di DKI Jakarta tidak kalah dengan kota penyangga seperti Bekasi dan Karawang.
"Yang jadi garis merahnya, ini Ahok berbicara tidak sesuai dengan apa yang dilakukan. Kalau Anda lihat dia bicara di TV bahwa rakyat Jakarta sejahtera, enggak punya biaya kita tanggung sampai kuliah. Tapi ini buruh gajinya kok enggak dinaikan," ujar Idrus.
Baca: Ini Penjelasan Kelompok Buruh yang Bakar Karangan Bunga Ahok-Djarot