Salin Artikel

Cerita Ibu-ibu Kesal "Dilempar-lempar" Urus Sekolah hingga Gebrak Meja Pengaduan Balai Kota

Seorang ibu bernama Yosi menjelaskan, dia ingin mendaftarkan anaknya ke SMA negeri di Salemba, Jakarta Pusat.

Ia menceritakan, anaknya sebelumnya bersekolah di sebuah SMP di Bogor, Jawa Barat. Namun, dia sendiri berdomisili di Jakarta.

"Sekarang, kan, peraturannya diubah, pendaftaran umum itu tahap kedua. Di tahap pertama ada keterangan kalau mau daftar harus dapat token, saya saja enggak tahu token itu artinya apa," ujar Yosi di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (4/7/2018).

Yosi mencoba datang ke sekolah yang ingin dituju.

Menurut dia, pihak sekolah hanya menyampaikan bahwa pendaftaran gelombang kedua dimulai pada 2 Juli.

Saat dia mendaftar, ternyata ada proses yang harus dilalui siswa dari luar daerah terlebih dahulu, yaitu prapendaftaran.

"Anak saya itu sekolahnya di Bogor, tetapi saya warga Jakarta, ternyata harus penyamaan nilai dulu. Itu namanya prapendaftaran," ujar Yosi.

Karena belum ikut pra pendaftaran, akhirnya Yosi tidak bisa mendaftarkan anaknya.

Yosi pun mengadu ke posko pengaduan PPDB online di SMKN 1 Jakarta, Jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat.

Hari pertama, dia belum sempat terlayani dan datang lagi pada hari kedua.

Jawabannya, anaknya tetap tidak bisa mendaftar lagi ke SMA negeri.

Yosi sedih karena anaknya punya nilai tinggi dengan rata-rata di atas 9.

"Kita malah dibilang tidak bisa, peraturan sudah kuat ada landasan hukum, ibu pulang saja daftar ke (sekolah) swasta," kata Yosi.

"Padahal, saya ini warga DKI dan anak saya nilainya tinggi masa saya tidak punya kesempatan di kota saya tinggal dan lahir," tambah dia.

Bertemu yang senasib

Di posko pengaduan itu, Yosi bertemu ibu-ibu yang bernasib sama.

Anak-anak mereka bersekolah di luar Jakarta dan ingin mendaftar sekolah negeri di Jakarta.

Ibu lainnya, Ita, mengatakan, dulu anaknya bersekolah di Malang, Jawa Timur.

Anaknya berencana masuk SMP di Jakarta. Namun, ia terancam tidak bisa masuk karena tidak tahu ada tahapan prapendaftaran.

"Kami sampai ada grup WhatsApp-nya, kami kenal setelah ketemu di posko. Ada ratusan isinya, padahal nilai anak kita bagus-bagus," ujar Ita.

Ita mengatakan, informasi mengenai prapendaftaran tersedia di halaman untuk jalur pendaftaran lokal.

Namun, ketika dia membuka laman jalur pendaftaran umum di situs PPDB, tidak ada informasi tentang prapendaftaran.

Sementara itu, Yosi juga mengatakan, informasi itu tidak mudah dicari di situs PPDB.

"Maunya kami itu bahasanya dibuat semudah mungkin, seharusnya ditulis di paling atas bahwa pendaftaran harus melalui prapendaftaran," ujar Yosi.

Dilempar-lempar

Setelah gagal mengadu ke posko pengaduan, Yosi dan teman-teman senasibnya lanjut mengadu sana-sini.

Dia datang ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan menjelaskan masalahnya. Dia kemudian bertemu dengan pihak humas Dinas Pendidikan.

Namun, semua tidak ada yang bisa memberi solusi karena tahapan pra pendaftaran sudah berakhir.

"Saya sudah lima kali isi kertas pengaduan," ujar Yosi.

Yosi selalu menerima jawaban yang sama yaitu menyekolahkan anaknya ke swasta.

Menurut Yosi, itu bukanlah solusi.

Dia ingat PPDB online sempat diperpanjang ketika ada pilkada serentak beberapa waktu lalu.

Dia berharap kebijakan semacam itu bisa dibuat juga untuk kasus ini.

"Saya cuma minta prapendaftaran dibuka satu hari saja," katanya.  

Akhirnya, hari ini dia dan para ibu lainnya menyambangi Balai Kota DKI Jakarta.

Namun, dia lagi-lagi mendapatkan jawaban yang sama, yaitu peraturan tidak bisa dilonggarkan dan tahapan yang sudah lewat tidak bisa diulang. Akibatnya, ia dan ibu lainnya marah hingga menggebrak meja pengaduan Balai Kota. 

"Aturan ini memang baik, tetapi kami sebagai warga ya minta tolong didengarkan karena kami dilempar-lempar tidak diurus," ujar Yosi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/07/04/14525941/cerita-ibu-ibu-kesal-dilempar-lempar-urus-sekolah-hingga-gebrak-meja

Terkini Lainnya

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke