PKL tersebut berjualan di bahu jalan samping akses pintu menuju dan dari Stasiun Tanah Abang. Sebelumnya, mereka berjualan di trotoar samping Jalan Jatibaru Raya.
Mereka memutuskan pindah berjualan di bahu jalan karena trotoar sedang dalam proses perbaikan.
"Trotoarnya lagi diperbaiki, jadi kami turun ke jalan buat jualan," ujar penjual rujak bernama Agus di lokasi, Jakarta Pusat, Senin (22/10/2018).
Agus mengaku tidak mempersalahkan kondisi Jalan Jatibaru yang masih dipenuhi bahan-bahan material pembangunan skybridge dan trotoar.
Ia mengaku tidak memiliki alternatif tempat lain untuk berjualan.
"Enggak masalah walaupun banyak debu begini. Mau jualan di mana lagi kalau bukan di sini," kata Agus.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi, para pedagang memenuhi setengah bahu Jalan Jatibaru Raya.
Kondisi ini menyebabkan arus lalu lintas tersendat.
Bahu jalan seharusnya bisa dilintasi dua mobil secara berdampingan. Namun, keberadaan PKL menyebabkan bahu jalan semakin sempit dan hanya bisa dilintasi satu mobil.
Pengemudi angkot beberapa kali membunyikan klakson sebagai tanda peringatan bagi pedagang atau pembeli untuk menepi dari bahu jalan.
Padahal, sesuai kesepakatan antara pedagang dan Pemprov DKI Jakarta pada Rabu (19/9/2018), terhitung mulai Kamis (20/9/1018) tidak boleh lagi ada pedagang yang berjualan di Jalan Jatibaru.
Hal itu dilakukan untuk percepatan pembangunan skybridge Tanah Abang yang menghubungkan Blok G dengan Stasiun Tanah Abang.
"Sangat sulit dan membahayakan. Hari ini kami pagar dan mulai besok hingga 15 Oktober tidak bisa berdagang," ujar Direktur Pengembangan PD Pembangunan Sarana Jaya Denan M Kaligis, Selasa (18/9/2018).
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/10/22/18081041/pkl-berjualan-di-bawah-skybridge-tanah-abang-yang-masih-dibangun