Sehari sebelumnya, Lita (29), tetangga korban, mengaku melihat dan mendengar seorang korban, Diperum Nainggolan, sedang menelepon dengan nada tinggi.
Saat itu, Lita sedang berbelanja di warung milik korban.
"Kemarin (Senin) jam 16.30, saya belanja di warung itu. Nah kata Pak Uco (panggilan akrab Diperum) disuruh ambil sendiri (barang belanjaan). Dia lagi nelepon, nadanya agak tinggi gitu, saya tidak tahu tentang apa," kata Lita kepada Kompas.com di lokasi kejadian.
Lita tidak mendengar jelas yang dibicarakan korban. Dia hanya mendengar sekilas korban membicarakan persoalan uang dan mobil.
"(Meneleponnya) kayak orang lagi berantem, ngomongnya kayak di-loudspeaker begitu kan kedengeran, ngomongin uang sama mobil, itu saja kedengerannya seperti itu," ujar Lita.
Sehari-hari, korban merupakan pengelola kontrakan dan warung milik kakak korban, Douglas Nainggolan.
Lita pun mengenal baik keluarga korban. Selain itu, ia mengatakan, keluarga korban juga tidak pernah bermasalah dengan warga sekitar.
"Istri dan anak-anaknya juga baik, cuma suaminya kalau ngomong memang agak tinggi nadanya, tetapi mereka sekeluarga baik, saya sering belanja," ucap Lita.
Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Pol Indarto mengatakan, pihaknya masih melakukan olah TKP untuk mencari tahu motif kasus tewasnya satu keluarga tersebut.
Adapun keempat korban tersebut adalah Diperum Nainggolan (38), Maya Boru Ambarita (37), Sarah Boru Nainggolan (9), dan Arya Nainggolan (7).
Diperum dan Maya tewas bersimbah dara akibat luka benda tumpul dan senjata tajam, sedangkan kedua anaknya diduga tewas karena kehabisan oksigen.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/11/13/16173541/kesaksian-tetangga-sehari-sebelum-satu-keluarga-tewas-di-bekasi