Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, pembangunan ITF merupakan sejarah, tidak hanya bagi Jakarta, tetapi juga bagi Indonesia.
"Hari ini kita masuki sejarah baru, babak baru, di Jakarta pertama kali kita membangun ITF, juga di Indonesia," kata Anies saat acara groundbreaking pembangunan ITF Sunter, Kamis.
ITF Sunter dapat mengolah 2.200 ton sampah setiap harinya.
Sampah-sampah itu dikonversi menjadi energi listrik sebesar 35 megawatt.
Menurut Anies, keberadaan ITF Sunter dapat mengurangi beban Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang yang selama ini menampung seluruh sampah dari DKI Jakarta.
"Selama ini apa yang kita lakukan, kita kirim (sampah) ke TPST Bantargebang, konsekuensinya jadi panjang. Selain menimbulkan masalah lingkungan di tempat lain, kita juga merasakan efek retase truk-truk kita yang membawa sampah ke wilayah-wilayah tetangga kita," ujar dia.
Meski demikian, ITF Sunter diprediksi hanya bisa mengolah seperempat sampah yang diproduksi di Jakarta.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji menuturkan, Jakarta seharusnya mempunyai empat ITF.
Sebab, setiap harinya, Jakarta memproduksi sekitar 8.000 ton sampah yang akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
"Di Jakarta 2021 nanti sudah 9.000 ton (sampah) misalnya, otomatis masih ada PR 7.000 ton sampah yang belum selesai," ujar Isnawa.
Apabila seluruh sampah sudah diolah di ITF, DKI tetap bergantung ke TPST Bantargebang untuk membuang residu sampah-sampah yang diolah di ITF.
"Karena di setiap titik ITF ada 10 persen residu. Misalnya ITF Sunter 2.200 ton sehari ada 220 ton residu yang mesti dibuang," kata Isnawa.
Pembangunan ITF Sunter dikerjakan PT Jakarta Propertindo dan sebuah perusahaan asal Finlandia, Fortum Power.
Proyek tersebut menghabiskan dana sebesar 250 juta dollar AS.
Proyek ini ditargetkan selesai dalam waktu tiga tahun.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/21/06505961/pembangunan-itf-sunter-babak-baru-pengelolaan-sampah-di-jakarta