Salin Artikel

Cerita Guru SMAN 1 Depok Hadapi Antrean PPDB Membeludak hingga Orangtua yang Menangis

Meski demikian, para panitia PPDB masih sibuk di sekolah untuk melayani sejumlah orangtua yang hingga kini menanyakan terkait penerimaan anaknya, bahkan melayani konseling untuk PPDB ini.

Sejak Senin (17/6/2019), sejumlah sekolah negeri di Depok terus menerus didatangi oleh para warga yang ingin menyekolahkan anak-anaknya, tak terkecuali di SMAN 1 Depok yang masih jadi incaran para siswa di Depok.

Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Depok bagian Humas, Rosalina mengatakan, ada 2.500 orang yang melakukan pendaftaran pada hari pertama di SMAN 1 Depok.

Guna melayani para pendaftar, semua guru dan karyawan SMAN 1 pun dikerahkan. Berbagai skenario juga disiapkan demi kelancaran proses pendaftaran.

Orangtua murid datang pukul 02.00

Meski telah menyiapkan skenario dari jauh-jauh hari, rupanya skenario tersebut harus diubah 100 persen lantaran orangtua murid saat itu sudah datang ke sekolah sejak pukul 02.00 WIB.

"Kemarin itu ya kami kecolongan jumlah pendaftar. Dari tahun-tahun ke tahun data yang kami pegang cuma sekitar 700 orang, nah kemarin itu sampai 2.500 lebih. Ya itu tadi, jadi agak kisruh. Skenario yang kami buat jadi berantakan, tapi kami paham kekhawatiran mereka," ujar Rosalina kepada Kompas.com.

Rosalina mengaku, uji kesabaran para panitia saat PPDB kali ini dicoba lantaran antusiasme masyarakat yang mendaftar saat itu tinggi.

Dimulai dari antrean panjang dari pagi buta, mendengarkan keluhan, dan protes orangtua hingga mengurus beberapa orangtua murid yang saat mengantre PPDB saat itu sempat pingsan.

Keluhkan sistem zonasi

Ia mengatakan, banyak orangtua murid yang mengeluhkan kuota sistem zonasi murni yang besar, yakni 55 persen.

Rosalina menyampaikan, banyak orangtua yang ngotot mendaftar di SMAN 1 meski tahu zonasi anaknya sangat jauh dari SMAN 1.

"Setiap hari ada saja yang datang ke saya curhat sampai nangis bilang pendaftaran tidak fair, karena banyak orangtua murid yang NEM-nya tinggi tidak lolos masuk sekolah ini," ujarnya.

Kemudian, ia mengatakan, banyak pula orangtua murid yang sudah mendaftarkan anaknya di sistem zonasi murni, tiba-tiba ingin pindah ke zonasi kombinasi.

"Banyak yang sudah daftar di hari pertama ikutan teman-temannya, eh besoknya datang lagi minta pindah jalur daftar. Mana bisa begitu," ujarnya.

Meski demikian, pihaknya memilih tetap melayani para calon pendaftar untuk menghargai usaha mereka yang sudah menyempatkan waktu untuk mengurus PPDB.

"Kami itu tetap buka pendaftaran sampai pukul 22.00 WIB semua pokoknya kami layani. Ini kami lakukan selama seminggu," ujarnya.

Bahkan, ia mengaku beberapa orang timnya ada yang menginap untuk persiapan menyambut orangtua.

"Hari kedua tetap banyak orang, untungnya kita sudah lakukan persiapan lebih matang. Mulai dari bekerja sama dengan pihak kepolisian, buat tenda, hingga meja pendaftaran di lapangan," ujarnya.

Menurut Rosalina, hal itu terjadi lantaran masih rendahnya literasi warga. Ia mengatakan, sosialisasi sudah digencarkan tetapi ada warga yang enggan membaca petunjuk dan teknis yang telah diedarkannya itu.

Ia mengatakan, masyarakat lebih suka membaca broadcast dari grup whatsapp yang malah menjerumuskan para orang tua.

"Jadi ada info hoaks kalau yang paling duluan itu, dia yang diterima. Karena banyaknya masyarakat yang begini nih, semua ramai jadi kesini," ujarnya.

Rosalina berharap, setiap permasalahan yang ada di PPDB tahun 2019 khususnya masalah kuota zonasi bisa menjadi bahan evuasi pemerintah.

"Ya mungkin ada beberapa kendala di lapangan. Tapi saya yakin sih itu akan jadi bahan evaluasi untuk kedepannya, apa yang perlu direvisi oleh pemerintah," tuturnya.

Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB) tingkat SMA dan SMK Negeri se Jawa Barat dibuka Senin (17/6/2019). Pada hari pertama pendaftaran, kepadatan terjadi di beberapa SMA negeri di Depok.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/06/28/17323271/cerita-guru-sman-1-depok-hadapi-antrean-ppdb-membeludak-hingga-orangtua

Terkini Lainnya

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke