JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang agen di Detektif Wanita harus memiliki berbagai kriteria dan syarat, salah satunya adalah lajang atau belum berkeluarga.
Syarat ini diterapkan kepada agen Detektif Wanita yang berada di bawah naungan Eye Detective Indonesia.
Mereka yang mau mendaftar menjadi agen lebih dulu ditanya terkait status perkawinan.
Detektif Wanita sendiri merupakan penyedia jasa investigasi untuk permasalahan perselingkuhan di tengah hubungan asmara ataupun suami istri.
Mayoritas detektif yang bekerja di Detektif Wanita merupakan agen lajang atau belum berkeluarga.
"Setidaknya 90 persen agen kami lajang," kata Jessica, selaku pimpinan Detektif Wanita dalam podcast Kompas.com yang tayang di kanal YouTube Kompascom Reporter on Location.
Lantas, apa alasan Detektif Wanita memilih agen yang lajang?
Jessica menjelaskan, tugas agen yang bekerja untuk mereka sejatinya adalah mengamati target operasi dengan mencermati gerak-gerik secara langsung.
Berkait tugas tersebut, penampilan agen haruslah menarik di depan target.
Lain hal jika agen sudah berkeluarga atau memiliki pasangan, Jessica khawatir peran agen tidak maksimal dalam menjalani pekerjaan sebagai detektif. Bisa jadi malah timbul persoalan keluarga ke depan.
"Betul sekali, kan tugasnya menggoda. Nanti kalau suaminya tahu, berantakan nanti rumah tangga," ucap Jessica.
Selain faktor lajang, Jessica juga menekankan lamanya proses investigasi yang dijalani setiap agen dalam menyelesaikan kasus.
Proses yang lama, memakan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan dikhawatirkan akan memecah konsentrasi antara pekerjaan dan keluarga.
Untuk itu, Jessica memilih agen yang masih lajang yang memiliki waktu luang lebih lama atau fleksibel karena belum berkeluarga.
"Karena kami gini namanya investigasi kami lakukan itu tidak bisa sejam, dua jam, tiga jam itu beruntun dari hari ke hari," ujar Jessica.
"Kadang kalau targetnya enggak keluar-keluar juga itu bikin suntuk misalnya kami nunggu disatu perumahan misalnya enggak keluar-keluar kami di mobil saja tujuh sampai delapan jam kali gitu tidak memungkinkan keluar," sambung Jessica.
Siaga 24 jam
Sama seperti agen-agen detektif pada umumnya, seorang agen Detektif Wanita dituntut untuk siaga 24 jam.
Bahkan alat komunikasi, HP selalu siaga atau menyala meski dalam keadaan tidur.
Hal ini dilakukan guna mengintai target pergi ke suatu tempat dan agen akan mengikutinya.
"Sebenarnya gini, kami kerja kan per proyek. Nah proyek itu kan bisa satu minggu, tiga hari, ketika ada proyek semua harus standby. Jadi gini harus standby 24 jam, sekalipun bobo malam atau siang itu HP harus nyala, gitu. Tetap kami akan hubungin kapanpun," kata Jessica.
Bukan hanya itu, dalam menjalani pekerjaan ini, setiap agen juga dituntut untuk menjaga rahasia kepada siapa pun kecuali keluarga.
Agen bisa libur
Mengintai ke mana perginya target menjadi tugas utama agen.
Rasa lelah letih pasti menghinggap di diri para agen.
Untu itu, Jessica memperkenankan agen untuk mengambil cuti dan berlibur.
Biasanya libur diambil, setelah agen menyelesaikan proyek .
"Ketika sedang liburan off aja misalnya seminggu ke Bali bisa ambil libur," ujar Jessica.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/10/09434261/sibuk-mengamati-target-hampir-seluruh-agen-detektif-wanita-ternyata-masih