JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 di Indonesia selama nyaris setahun terakhir telah berdampak pada pekerjaan masyarakat di berbagai sektor usaha.
Pelaku industri di bidang event organizer atau penyelenggara acara, misalnya.
Saat ini, sulit bagi mereka untuk mengadakan acara yang menimbulkan kerumunan karena pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) seperti yang diterapkan di DKI Jakarta.
Pelaku usaha di bidang itu pun berganti strategi dengan menggelar acara secara virtual atau online.
Perubahan strategi itu masih dirasa merugikan bagi pekerja lepas atau freelance seperti usher.
Hal itu diungkapkan perempuan berinisial DYS, warga Duren Sawit, Jakarta Timur yang berprofesi sebagai usher.
"Sekarang, event memang sudah mulai jalan lagi setelah beberapa bulan tidak ada. Tapi kan secara online. Mereka enggak butuh usher. Jasa kita enggak benar-benar diperlukan kalau online," kata DYS kepada Kompas.com, Jumat (19/2/2021).
Dijelaskan DYS, usher bertugas seperti penerima tamu dalam acara offline.
"Usher itu tugasnya kayak penerima tamu di acara-acara seperti pernikahan, gathering perusahaan, atau seminar, pemerintahan, dan sebagainya," ujar DYS.
Diakui DYS, profesinya kini terpuruk akibat pandemi Covid-19.
"Parah, sih. Benar-benar terpuruk. Sejak dibilang ada virus corona dari Maret 2020 lalu, event langsung stop semua. Selama kurang lebih delapan bulan, tidak ada pemasukan sama sekali karena event dilarang pemerintah. Jadi, benar-benar terpuruk," paparnya.
Setelah 8 bulan, DYS sempat mendapatkan pekerjaannya lagi pada akhir 2020.
"Mulai (dapat job) lagi pas akhir tahun 2020, Oktober, November, Desember. Tapi, itu juga masih jarang. Sebulan cuma dapat satu event. Sekarang, enggak ada event lagi karena pemerintah memperketat lagi (PPKM). Jadi, berhenti lagi. Enggak ada pemasukan," urainya.
Saat akhirnya sempat bekerja lagi, ada satu perbedaan yang DYS rasakan, yakni kewajiban menerapkan protokol kesehatan.
"Kita terapkan protokol kesehatan, mulai dari jaga jarak. Untuk usher dan semua kru lapangan, kita harus tes swab antigen sebelum acara. Bagi yang (hasil tes) negatif, boleh lanjut ikut acara. Untuk yang positif dilarang," jelas DYS.
"Yang biayain tes itu penyelenggara acara. Kita juga harus tetap pakai masker selama acara, cuci tangan juga," tambahnya.
Periode jasa usher
Menjadi usher DYS geluti sejak masih berstatus mahasiswi.
"Saya mulai jadi usher dari zaman kuliah, dimulai jadi SPG (sales promotion girl). Belum kenal (profesi) usher. Setelah kenal banyak orang, saya diajak jadi usher. Sekitar tahun 2012," beber DYS.
Karena itu, ia dapat mengetahui lebih rinci mengenai periode ramainya menggunakan jasa usher sebelum masa pandemi Covid-19.
"(sebelum pandemi) Jasa usher itu ramai digunakan pertengahan sampai akhir tahun. Kalau di awal tahun memang selalu sepi, sih, bahkan tanpa pandemi. Mulai ramai per Maret. Desember biasanya paling ramai," ungkapnya.
Tak pelak, menurut DYS, banyak rekan-rekan seprofesinya yang kini terdampak karena sepi job.
"Banyak teman terdekat dan sering kerja bareng yang terdampak karena pekerjaan utama kita memang sebagai usher. Sampai akhirnya, banyak teman yang buka usaha seperti jualan online," kata DYS.
Dia pun benar-benar berharap pandemi Covid-19 segera berlalu dan suntik vaksin cepat diberikan ke masyarakat.
"Semoga pandemi Covid-19 ini cepat berlalu. Vaksin juga cepat disalurkan ke seluruh warga Indonesia supaya kita bisa sehat dan (situasi) normal kembali. Enggak ada lagi new normal, bisa benar-benar normal seperti dulu, bisa beraktivitas biasa dan event berjalan lagi," tutupnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/23/09553731/cerita-pekerja-usher-di-tengah-pandemi-covid-19-8-bulan-tanpa-pemasukan