Setelah saya duga dia meninggal, dia saya seret ke tempat tersembunyi. Jasadnya saya tutup dengan daun bambu dan daun pisang. Setelah itu saya pulang. Waktu mau mengambil sepeda motor SW, sepeda motor sudah tidak ada. Saya tidak tahu siapa yang mengambil, tapi waktu saya mendaki kebun kosong, saya sempat melihat seseorang sedang mencat rumah dekat pos. Waktu dia saya tanya apakah dia melihat sepeda motor, dia bilang, "Tidak tahu".
Keesokan harinya, saya datang lagi ke situ, siapa tahu ada orang yang mengemudi sepeda motor SW, tapi sepi. Tukang cat rumah pun tidak ada. Setelah kejadian ini, jantung saya suka berdebar. Setiap hari saya was-was berpikir, satu hari polisi bakal menangkap saya.
Setelah saya membunuh SW, saya bertemu Fit keesokan harinya. Dia bertanya soal uang muka kredit sepeda motor yang saya janjikan. Saya bilang, tidak punya. Fit kecewa, tapi dia bilang, "Ya sudah, mungkin belum rezeki".
Saya ditangkap, Jumat (26/7/2013) pukul 07.15, di rumah di Pamulang II. Saya ditangkap sehabis mandi. Waktu itu, kakak saya, Rio, bilang, ada orang nyariin saya. Saya sempat berpikir, ini pasti polisi. Saya ke luar rumah dan bertemu Pak Jarono, polisi. Tapi saat itu saya belum tahu kalau Pak Jarono polisi. Dia bilang, "Ayo, Kus, ikut bapak. Kamu dicariin teman trek-trekanmu, si Ari".
Saya sama kakak saya waktu itu ketawa. Tak berapa lama saya baru sadar, saya tidak punya teman trek-trekan bernama Ari. Saat saya sadar, kakak saya bilang, "Udah kamu ikut aja. Pak Jarno polisi. Kamu enggak usah kabur, ya". Saya pun mengikuti apa kata kakak saya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.