Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dishub DKI Tak Beri Toleransi untuk Angkot Tak Laik Jalan

Kompas.com - 07/08/2013, 07:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
 
—  Penertiban angkutan umum tidak laik jalan tetap diteruskan. Dari hasil razia di seluruh wilayah Jakarta, petugas menahan 104 angkutan umum dari berbagai jenis. Bukan hanya metromini, penertiban juga dilakukan terhadap semua jenis angkutan umum yang tidak laik jalan.

Kendaraan yang ditahan itu terdiri dari 45 metromini, 9 kopaja, serta 48 angkutan umum berbagai jenis meliputi bajaj, taksi, mikrolet, dan bus besar. ”Demi keamanan pelayanan penumpang, tidak ada toleransi lagi. Operasi penertiban terus berlanjut walaupun memasuki Lebaran,” kata Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Udar Pristono, Selasa (6/8/2013).

Selain melakukan penertiban di jalan, Dinas Perhubungan Provisi DKI Jakarta juga memperketat uji kir angkutan umum. Petugas tidak menoleransi kendaraan yang tidak memenuhi syarat beroperasi. Bukan hanya itu, pemilik yang kedapatan memalsukan dokumen masa uji akan dipidanakan petugas.

Terkait hal ini, ratusan pengemudi dan pemilik angkutan sempat melakukan protes. Mereka meminta keringanan materi uji kir yang dinilai memberatkan. ”Kami benar-benar tidak ada toleransi kepada mereka yang mengabaikan kelaikan kendaraan,” kata Pristono.

Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya terkait hal itu. Ada pemahaman kesepakatan bersama antara kepolisian dan petugas Dinas Perhubungan mengenai hal itu.

”Dalam waktu dekat, seluruh dokumen pemilik yang memalsukan data masa uji kelaikan kendaraan kami serahkan ke Polda. Sudah ada kerja sama soal itu,” kata Pristono.

Kepala Bidang Pengendalian Operasi Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Sunardi Sinaga mengatakan, penertiban justru perlu ditingkatkan saat Lebaran. Banyak pemilik memanfaatkan situasi ini untuk mengoperasikan kendaraan tidak laik jalan.

”Mereka (pemilik) mengira tidak ada operasi penertiban, makanya masih banyak kendaraan yang tidak laik jalan nekat beroperasi. Karena itu, kami menurunkan tim ke semua wilayah untuk mengawasi pergerakan mereka,” kata Sunardi.

Masa uji habis

Dari seluruh angkutan yang ditertibkan, sebagian besar habis masa ujinya. Di Terminal Tanjung Priok, sejumlah bus antarkota antarprovinsi tetap jalan meski masa berlaku surat kir-nya habis. Kepala Terminal Tanjung Priok ML Pattikawa mengatakan, petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengecek bus yang masuk ke terminal sejak H-7 atau Kamis (1/8). Beberapa bus masa berlaku kir-nya habis, tetapi kendaraan dinilai masih laik jalan.

”Bus tetap jalan karena memang laik jalan. Kekurangannya hanya masalah administrasi antara lain karena pemilik belum memperpanjang kir. Namun, mayoritas bus yang masuk ke Tanjung Priok laik jalan dan melayani rute jarak pendek, terutama beberapa kota/kabupaten di Jawa Barat dan Banten,” kata Pattikawa.

Sekitar 150 bus antarkota antarprovinsi masuk ke Terminal Tanjung Priok dalam sehari menjelang Lebaran. Bus-bus itu melayani 22 tujuan, antara lain Rangkasbitung, Balaraja, Serang, Sukabumi, Bogor, Tasikmalaya, Bandung, Cikarang, Wonosobo, Cilacap, Surabaya, dan Madura.

Khusus metromini, sedikitnya enam bus dikandangkan di Tanah Merdeka, Cilincing, Jakaarta Utara. Tiga di antaranya masa berlaku izin kir-nya habis. Sisanya tak laik karena faktor usia dan dinilai tak aman antara lain karena tidak ada spion dan lampu sen, kaca jendela dan pintu pecah, serta bodi keropos.

Manajemen terminal

Tulus Abadi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia meminta penertiban angkutan umum tak laik jalan terus berlangsung selama mudik Lebaran. Namun, dia meminta Pemprov DKI Jakarta memastikan kecukupan angkutan umum yang memadai dan bisa beroperasi mengangkut penumpang.

”Jika razia angkutan bobrok terus-menerus dan memastikan hanya yang laik yang bisa beroperasi, ini bisa menjadi kampanye bagus agar orang beralih memakai angkutan umum,” kata Tulus.

Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, menambahkan, upaya penertiban angkutan umum bobrok hendaknya diiringi dengan pembenahan manajemen di terminal-terminal di Jakarta.

”Terminal telah lama menjadi sarang segala bentuk kriminal. Aksi calo tiket yang cukup meresahkan membuat penumpang tidak nyaman masuk terminal,” kata Djoko.

Djoko berharap segera ada kerja sama antara Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Dalam Negeri. Ketiganya bisa membimbing para kepala daerah agar paham pentingnya mengembangkan transportasi umum.(MKN/NEL/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com