Secara geografis, Kampung Apung yang terletak di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, berbatasan langsung dengan Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Selain perumahan mewah di Pluit, faktor yang diduga menjadi penyebab banjir permanen di kawasan Kampung Apung ialah pabrik-pabrik di kawasan Kedaung, Kali Angke. Dulunya, tempat tersebut merupakan sawah-sawah yang sangat luas.
"Jadi, di sana (sisi utara) rumah mewah, di sananya lagi (sisi selatan) pabrik. Mulai tergenang di sini sampai ke Jalan Kapuk Raya. Orang yang tinggal di tepi jalan ninggiin tanahnya juga, makin tenggelamlah di sini sampai sekarang," jelasnya.
Luas lahan Kampung Apung sekitar 6 hektar, terletak tak jauh dari Jalan Kapuk Raya. Di kawasan yang dihuni sekitar 200 kepala keluarga ini, ketinggian air mencapai dua meter. Dua meter tersebut merupakan air kiriman yang menggenangi kawasan tersebut sejak dua puluhan tahun silam.
Genangan air kiriman juga menyebabkan limpahan sampah. Secara kasatmata, Kampung Apung tak ubahnya terlihat seperti area rawa yang jadi tempat pembuangan sampah, yang dipenuhi lalat, nyamuk, dan ular.
Sebagian warga sudah menimbun tanah setinggi kedalaman air dan membagun rumah baru di atasnya. Namun, bagi warga yang tidak memiliki uang, mereka memilih meninggikan rumah mereka di atas rumah yang tenggelam dengan kayu atau material non-permanen lainnya sehingga terlihat kumuh dan tidak enak dipandang.
Di kawasan ini dulunya juga terdapat areal pemakaman. Namun, saat ini areal tersebut sudah berubah menjadi rawa. Kantor pemakaman, yang dulunya masih ada, saat ini sudah tak tampak karena ditenggelamkan genangan air beserta 3.810 makam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.