JAKARTA, KOMPAS.com
- Beberapa waktu lalu, hubungan eksekutif dan legislatif di Jakarta sempat ”memanas”. Menjelang penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2013, muncul silang pendapat terkait berlarut-larutnya pembahasan yang berujung pada pengesahan APBD yang terlambat.

Sejumlah program Jokowi-Basuki juga menuai kritik keras dari Dewan yang memicu polemik tajam dan pemberitaan ramai di media massa. Sebut saja Kartu Jakarta Sehat yang diinterpelasi beberapa anggota Dewan yang dimotori Taufikurrahman, anggota DPRD dari Komisi A dan Partai Demokrat.

Ada pula program penertiban kawasan Tanah Abang yang juga memicu perdebatan sengit, bahkan sampai sekarang, antara Basuki dan Wakil Ketua DPRD Lulung Lunggana. Setiap kali Basuki hadir dalam rapat paripurna DPRD, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak pernah mengirimkan wakilnya atau melakukan aksi walk out dari ruang sidang.

Kemarin siang, Jumat (8/11/2013), dalam jamuan makan di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta, tampak Taufikurrahman hadir. Namun, Lulung tidak terlihat. Semua anggota Fraksi PPP hadir, kecuali Lulung.

”Kata siapa kami berantem? Buktinya ada nih di sini,” kata Basuki sambil tertawa.

Hari-hari ini eksekutif tengah menggodok Rancangan APBD 2014. Eksekutif telah mengajukan Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) kepada legislatif. Jumlah anggaran tahun depan diperkirakan naik hingga Rp 67 triliun dari APBD tahun ini yang besarnya Rp 50,1 triliun.

Belajar dari pengesahan APBD tahun ini, sepertinya Jokowi-Basuki tidak menghendaki keterlambatan pengesahan terjadi lagi tahun depan. Muncul kesan, makan siang ini jadi ”lobi politik” agar pengesahan APBD menjadi lebih lancar.

”Kalau ketok palu cepet, Desember sudah selesai. Mereka (anggota Dewan) juga sadar kalau APBD mundur bakal berantakan semuanya,” ujar Basuki.

Diakui ada agenda tertentu atau tidak, makan siang itu memang mengesankan adanya kemesraan eksekutif-legislatif. Kata Jokowi, ada permintaan agar jamuan seperti itu dilakukan secara rutin.

”Ya, kita lihat nanti suasana dan kepentingannya,” kata Jokowi.

Biar tetap terlihat mesra, Pak? ”Iya, rames (mesra dibaca terbalik dari belakang). Mesra. Nanti ganti menu, bisa seafood. Pokoknya yang kolesterolnya tinggi, ha-ha-ha,” ujarnya. (Fransisca Romana Ninik)