"Makanya, kita minta sekarang warga Kampung Pulo mengalah deh sama pemprov (DKI) buat mundur 20 meter dari bibir sungai Ciliwung. Kalau enggak, ya sampai kiamat juga enggak selesai banjirnya," kata Basuki.
Jangan sampai habis
Asisten Perekonomian Pemkot Jakarta Barat Isnawa Adji mengatakan, distribusi atau penyaluran bantuan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Apabila disalurkan melalui Pemkot Jakarta Barat, para relawan yang datang harus menggunakan syarat surat pengantar dari RT, RW, dan kelurahan.
Pria yang akrab disapa Adji itu mengatakan, syarat tersebut bukanlah untuk menyulitkan warga memberi bantuan, melainkan sebagai bukti administrasi masuk keluar bantuan logistik. Setelah terkumpul, bantuan itu bisa disalurkan langsung oleh Wali Kota Jakarta Barat Fatahillah beserta jajaran Pemkot Jakarta Barat dan ibu-ibu PKK.
Apabila ada perusahaan yang membantu melalui corporate social responsibility (CSR), menurut Adji, akan langsung didorong untuk terjun ke lokasi yang banjirnya terpantau parah seperti di Kedoya Selatan, Pesing, maupun Tegal Alur. Penyaluran bantuan itu, lanjut dia, harus cepat sampai ke para pengungsi. Jangan sampai birokrasi menghambat penyaluran bantuan darurat tersebut. Adji yang juga menjabat sebagai Ketua Kwarcab Pramuka Jakarta Barat juga mengerahkan para anggotanya untuk memberikan bantuan kepada korban banjir.
Selain mendapat logistik dari Wali Kota, Kwarcab Pramuka Jakarta Barat juga mengumpulkan bantuan. Mereka secara langsung menyerahkannya ke tiga daerah, yakni Kembangan, Kapuk, dan Kedoya. Lurah dan camat berperan besar untuk mengidentifikasi daerah mana saja yang masih sulit dijangkau dan bantuan apa saja yang dibutuhkan para pengungsi.
Senada dengan Basuki, Adji juga mengantisipasi adanya ketimpangan bantuan antarsatu daerah dengan yang lainnya. Selain tidak menginginkan adanya ketimpangan, Adji juga menghindari adanya penumpukan bantuan. "Tapi, tetap harus ada stok bantuan, kita kan enggak tahu bencana itu unpredictable. Tetap harus dicek tanggal expired (kedaluwarsa)-nya juga," kata Adji.
Menurut Adji, daerah yang paling parah terkena dampak banjir di Jakarta Barat seperti di Tegal Alur, Kedoya, Kapuk, Rawa Buaya, Cengkareng Timur, dan Kembangan.
Posko bantuan tersebar di dua lokasi, yakni di Kantor Wali Kota Jakarta Barat (bekas Bank DKI) dan di Kecamataan Cengkareng. Selain posko, terdapat juga sebuah dapur umum yang digunakan untuk memasak bagi para pengungsi.
Di sisi lain, Adji telah mendengar berbagai berita yang menyebutkan adanya oknum RT maupun RW yang mengomersialkan bantuan banjir. Kendati mendengar peristiwa itu, hingga kini ia belum mendengar laporan terkait stafnya yang menyalahgunakan bantuan. Dalam hal ini, peran lurah dan camat diperlukan kembali untuk mengawasi anak buah mereka. Oleh karena itu, Pemkot Jakbar juga hanya menerima bantuan dalam bentuk barang bukan uang tunai. "Kalau uang, nanti malah disangka gratifikasi lagi. He-he-he," kata mantan Camat Tambora tersebut.
Setiap pekannya, paling tidak, Pemkot Jakarta Barat telah menyalurkan 1,5 ton beras, 200 dus mi instan, 20 jeriken minyak goreng, 6 peti telur, 20 dus popok, 30 selimut bayi, dan 25 dus susu serta makanan bayi. Data itu hanya berasal dari Pemkot Jakarta Barat, belum termasuk penyaluran bantuan dari Suku Dinas Jakarta Barat, PMI, dan instansi lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.