Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Berlimpahnya Bantuan untuk Korban Banjir

Kompas.com - 10/02/2014, 08:50 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, 
KOMPAS.com — Bantuan untuk korban banjir di Jakarta termasuk berlimpah. Bantuan terus mengalir dari siang hingga malam. Sayangnya, korban banjir pun mulai pilih-pilih bantuan yang mereka terima.

Sekretaris RW 01, Rawa Buaya, Jakarta Barat, Suparlan, mengatakan, bantuan makanan cepat saji untuk warga Rawa Buaya mengalir mulai dari pihak kelurahan, kecamatan, lembaga pemerintah, hingga dermawan.

Suparlan yang juga menjadi relawan posko pengungsian RW 01 itu mengatakan, tak sedikit warga atau pengungsi yang kerap memasok bantuan untuk dibawa ke rumah masing-masing. Oleh karena itu, pada saat ada dermawan yang datang, para warga mengeluh kekurangan. Padahal, bantuan selalu datang dan dengan jenis yang seragam.

Suparlan menjelaskan, bantuan seperti susu, selimut, beras, mi instan, dan sembako menjadi incaran warga. Barang-barang itulah yang sering disimpan warga untuk dibawa ke rumah.

"Makanya, di sini banyak menumpuk nasi kotak. Jarang ada yang dimakan," kata Suparlan, saat berbincang dengan Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Memasuki pekan kelima, banjir di Rawa Buaya berangsur surut. Warga RW 01 Rawa Buaya terdiri dari 12 RT. Mereka tersebar di empat lokasi pengungsian yang berada di Pasar Sentra Kaki Lima, kantor RW 01, halte transjakarta Jembatan Baru, dan Masjid Baiturrahman.

Di Pasar Sentra ada 600 jiwa yang mengungsi, di Masjid Baiturrahman terdapat sekitar 120 warga, dan di halte transjakarta Jembatan Baru terdapat pengungsi sekitar 64 KK dengan 229 jiwa, di mana 25 di antaranya adalah anak-anak. "Satu yang warga inginkan, ya cuma terbebas dari banjir," ujar Suparlan.

Melihat kondisi tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyorot koordinasi antar-unit kerja perangkat daerah (UKPD) dengan warga untuk penyaluran bantuan banjir masih sulit dilaksanakan. Apabila ada koordinasi yang baik, maka korban banjir tidak akan pilih-pilih dengan bantuan yang mereka terima. 

"Mereka (pengungsi) itu maunya bantuan bahan mentah, seperti beras segala macam, enggak suka makanan cepat saji. Biar bantuannya bisa dibawa pulang," kata Basuki kepada Kompas.com, Minggu (9/2/2014) malam. 

Pria yang akrab disapa Ahok itu mengatakan, sulit menyalurkan bantuan hingga ke tangan yang tepat. Apalagi, penyaluran bantuan tersebut dilaksanakan pada waktu darurat sehingga seluruh pihak harus siap siaga melayani masyarakat. Jangan sampai ada ketimpangan pemberian bantuan antar-satu daerah dengan yang lainnya. Ketimpangan bantuan itu dapat menimbulkan kecemburuan sosial sesama warga.

Ia mengakui, banjir tahun ini lebih lama waktunya, dan lebih menyebar daerahnya. Untuk memudahkan kerja para satuan kerja perangkat daerah (SKPD), UKPD, dan lainnya, pemusatan posko pengungsian diyakini sebagai cara paling ampuh meminimalkan kecurangan distribusi bantuan banjir. Selain itu, pemusatan lokasi pengungsian juga dapat menghemat tenaga relawan.

Basuki memberi contoh, misalnya di Kampung Pulo. Setiap pagi, personel TNI menyiapkan seribu bungkus nasi untuk sarapan. Namun, saat siang, jumlah pengungsinya berkurang. Kemudian pada malam hari bertambah lagi.

"Berarti ini apa? Orang pergi kerja kan? Ada yang numpang makan gratis," jelas mantan anggota DPR Komisi II tersebut.

Sedianya, posko pengungsian akan dipusatkan di Halim dengan kapasitas 1.200 orang, Bumi Perkemahan Cibubur 10.000 orang, dan Perkemahan Ragunan 5.000 orang. Namun, sebelum rencana Basuki terlaksana, banjir di Jakarta berangsur surut.

Di samping itu, tak sedikit penolakan warga atas rencananya tersebut. Selain merepotkan, pemusatan lokasi pengungsi juga membuat warga sulit mengawasi rumah dan harta benda mereka yang terendam banjir. Kebanyakan warga memilih lokasi pengungsian yang dekat dari kediamannya. Begitu surut, dengan mudah, mereka kembali dan membereskan tempat tinggal masing-masing.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Megapolitan
Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com