Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Sayangkan Pemilih Masih Tergoda Uang

Kompas.com - 29/04/2014, 18:57 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku tidak mempermasalahkan kedua staf pribadinya, Yudha Permana dan Michael Victor Sianipar, gagal melenggang ke DPRD DKI Jakarta dalam Pemilihan Legislatif 2014.

Kendati demikian, Basuki masih menyesalkan perilaku masyarakat Jakarta memilih calon legislatif yang memberikan uang. "Untuk pemula, mereka itu kan enggak mau kasih uang (ke masyarakat), itu yang jadi masalah. Makanya, saya bilang, saya sayangkan di Jakarta masih banyak yang terima uang," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Selasa (29/4/2014). 

Apabila di Jakarta ada DPRD tingkat II Kabupaten/Kota seperti halnya di Bangka Belitung, kata Basuki, maka mereka berdua dapat lolos menjadi anggota legislatif. Ini sebab, untuk menduduki posisi tersebut, paling tidak hanya dibutuhkan sekitar 3.000 suara. Sementara itu, untuk mendapatkan satu kursi di DPRD DKI, seorang calon legsilatif harus dapat mengumpulkan sebanyak 35.000 suara.

Menurut Basuki, panggung politik yang paling murah dan paling mudah diraih adalah DPRD tingkat II. Oleh karena itu, mau tidak mau, kedua staf pribadinya harus bersaing di DPRD tingkat I atau provinsi.

"Itu yang saya bilang, ketika semua orang pakai uang, ini masih ada dua orang jujur, seharusnya warga dapat memilih untuk menguji karakter mereka. Tapi, sudah ada 3.000-an lebih warga yang memilih mereka ya sudah bagus," kata Basuki.

Kedua staf pribadi Basuki itu mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dari Partai Gerindra. Setelah melalui perhitungan manual oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI, perolehan suara keduanya tidak mencukupi untuk mendapatkan satu kursi di DPRD DKI Jakarta.

Yudha menjadi calon legislatif DPRD DKI dari dapil 10 Jakarta Barat (Kebon Jeruk, Kembangan, Grogol Petamburan, Taman Sari, Palmerah), tetapi hanya memperoleh 4.439 suara. Sementara itu, Michael yang menjadi caleg dapil 1 Jakarta Pusat (Cempaka Putih, Gambir, Kemayoran, Menteng, Johar Baru, Sawah Besar, Senen, Tanah Abang) memperoleh 3.088 suara. Keduanya berada di nomor urut buncit, Michael mendapat nomor urut 11 dan Yudha mendapat nomor urut 6.

Ada 106 kursi DPRD DKI yang diperebutkan. Dari sekitar daftar pemilih tetap (DPT) 7.001.520, paling tidak tiap caleg harus dapat mengumpulkan hingga 35.000 suara.

Pengaruh Basuki

Beberapa waktu lalu, sebelum hari pencoblosan, pada (9/4/2014) lalu, Basuki mengatakan, dia berharap masyarakat dapat memberikan kesempatan kepada mereka berdua untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat Jakarta.

Awalnya, Michael dan Yudha enggan terjun ke dunia politik. Basuki menceritakan, sebelum Michael memutuskan menjadi caleg, ia telah mendapat beasiswa ke Amerika Serikat untuk melanjutkan sekolah politik.

Basuki pun mencoba menjelaskan kepada Michael. Ia menceritakan, jika orang-orang yang pintar dan memiliki pendidikan tinggi tidak masuk ke politik, maka akan berpengaruh buruk pada bangsa Indonesia. Dengan demikian, jika nasib Indonesia tidak baik, maka setengah kesalahan terdapat pada Michael.

Setelah mendengar petuah Basuki, Michael pun memutuskan untuk tidak mengambil beasiswa itu dan menjadi calon legislatif. 

Seperti Michael, Yudha juga enggan terjun ke dunia politik. Sebelumnya Yudha bekerja di Amerika Serikat. Ketika pulang ke Indonesia, Yudha magang di Balaikota Jakarta mengikuti kerja Basuki. Melihat kerja orang nomor 2 di DKI Jakarta itu rupanya membuat Yudha tertarik untuk dapat mengenal birokrasi Pemprov DKI dan mengetahui bagaimana sebuah kebijakan itu terbentuk.

Selain Yudha dan Michael, lanjut dia, sebenarnya ada beberapa staf lainnya yang ikut menjadi calon legislatif. Namun saat mendaftar di partai, nama mereka tercoret dan tidak memenuhi persyaratan. Basuki tidak memberi bekal apa pun kepada kedua stafnya.

Basuki mengingatkan Michael dan Yudha untuk tidak melakukan politik uang. Oleh karena itu, saat kampanye strategi yang mereka gunakan adalah pembagian kartu nama dan mendatangi masyarakat.

Basuki menambahkan, dia tidak bisa memaksa warga untuk memilih kedua stafnya. "Tapi, saya berharap mereka terpilih, agar menjadi model bahwa kampanye tidak harus keluar uang banyak. Selain itu, mengajarkan kepada orang yang tidak mau masuk politik untuk terpanggil mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, itu hal yang bagus," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPU DKI Bakal Coklit Data Pemilih Penghuni Apartemen untuk Pilkada 2024

KPU DKI Bakal Coklit Data Pemilih Penghuni Apartemen untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pembakaran 9 Rumah di Jalan Semeru Jakbar

Polisi Tangkap Terduga Pelaku Pembakaran 9 Rumah di Jalan Semeru Jakbar

Megapolitan
Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Pastikan Kesehatan Pantarlih Pilkada 2024, KPU DKI Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan

Megapolitan
Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Usai Dilantik, Pantarlih Bakal Cek Kecocokan Data Pemilih dengan Dokumen Kependudukan

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Pedagang Perabot di Duren Sawit Sempat Melawan Saat Putrinya Hendak Membunuh, tapi Gagal

Megapolitan
Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Kesal karena Susah Temukan Alamat, Ojol Tendang Motor Seorang Wanita di Depok

Megapolitan
Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Pemeran Tuyul yang Dibakar Joki Tong Setan di Pasar Malam Jaktim Alami Luka Bakar 40 Persen

Megapolitan
Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Ayah Dibunuh Putri Kandung di Duren Sawit Jaktim, Jasadnya Ditemukan Karyawan Toko

Megapolitan
Kunjungan Warga ke Posyandu Berkurang, Wali Kota Depok Khawatir 'Stunting' Meningkat

Kunjungan Warga ke Posyandu Berkurang, Wali Kota Depok Khawatir "Stunting" Meningkat

Megapolitan
Pengelola Istiqlal Imbau Pengunjung yang Pakai Bus Kirim Surat Agar Tak Kena Tarif Parkir Liar

Pengelola Istiqlal Imbau Pengunjung yang Pakai Bus Kirim Surat Agar Tak Kena Tarif Parkir Liar

Megapolitan
Jalan di Depan KPU Jakut Ditutup Imbas Rekapitulasi Ulang Pileg, Warga Keluhkan Tak Ada Sosialisasi

Jalan di Depan KPU Jakut Ditutup Imbas Rekapitulasi Ulang Pileg, Warga Keluhkan Tak Ada Sosialisasi

Megapolitan
Bus Pariwisata Digetok Rp 300.000 untuk Parkir di Depan Masjid Istiqlal, Polisi Selidiki

Bus Pariwisata Digetok Rp 300.000 untuk Parkir di Depan Masjid Istiqlal, Polisi Selidiki

Megapolitan
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor Buka Pelayanan untuk Pecandu Judi Online

RSJ Marzoeki Mahdi Bogor Buka Pelayanan untuk Pecandu Judi Online

Megapolitan
Motif Anak Bunuh Ayah di Duren Sawit: Sakit Hati Dituduh Mencuri hingga Dikatai Anak Haram

Motif Anak Bunuh Ayah di Duren Sawit: Sakit Hati Dituduh Mencuri hingga Dikatai Anak Haram

Megapolitan
Fahira Idris: Bidan Adalah Garda Terdepan Penanggulangan Stunting

Fahira Idris: Bidan Adalah Garda Terdepan Penanggulangan Stunting

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com