Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinas Pertanian DKI: Daging Celeng Tak Layak Dikonsumsi Manusia

Kompas.com - 07/05/2014, 12:24 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -- Kepala Bidang Peternakan Dinas Kelautan dan Pertanian (DKP) DKI Jakarta Agung Priambodo mengatakan, pihaknya belum menyelesaikan uji laboratorium bakso yang diduga daging celeng di Jalan Pekojan Raya, Tambora, Jakarta Barat.

Meski demikian, menurut dia, daging celeng ini biasanya dikonsumsi bagi hewan-hewan di Taman Margasatwa Ragunan (TMR). "Daging celeng ini termasuk daging yang tidak layak dikonsumsi manusia," kata Agung, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (7/5/2014). 

Kendati belum menyelesaikan total uji laboratorium, sang penjual bakso telah mengaku bahwa dagangannya dibuat dari daging celeng. Namun, ia menegaskan, tidak ada hubungan antara pemasok daging celeng ke TMR dengan pedagang bakso. Daging celeng ini, kata dia, berbeda dengan daging babi yang diternak dan juga ada yang dijadikan bakso.

Distributor daging celeng ke TMR berasal dari Bengkulu dan Lampung. Sistem pengirimannya melalui tonase. Misalnya, pengirim asal mengirimkan sebanyak 3 ton, sampai ke TMR juga harus seberat 3 ton, tidak boleh kurang ataupun lebih. Pihaknya menyerahkan kasus ini kepada kepolisian.

Saat ini, kasusnya telah ditangani oleh Polsek Metro Tambora. Pihak kepolisian pula yang akan menyelidiki dan mencari distributor daging celeng. Sang penjual bakso daging celeng yang telah ditetapkan sebagai tersangka, Sutiman, mengaku mendapat daging celeng itu dari seorang distributor bernama John.

Agung mengatakan, DKP DKI belum mengetahui siapa dan asal-usul John. "Makanya, sekarang lagi dilacak juga sama polisi," kata Agung.

Untuk mencegah peristiwa itu terulang, DKP DKI menyatakan akan terus melakukan pengawasan rutin. Pengawasan rutin itu dibagi dua, yakni pengawasan reguler yang dilakukan oleh suku dinas masing-masing wilayah dan pengawasan khusus yang berasal dari pengaduan masyarakat. Pengawasan khusus inilah, lanjut dia, yang langsung ditindaklanjuti.

Sementara untuk kasus penggerebekan bakso daging celeng di Pekojan ini karena sudah terpantau sejak lama. Ia menjelaskan, kejadian serupa pernah terjadi beberapa waktu lalu di Jakarta Selatan. Namun, sang penjual bakso di sana mengaku menjual bakso yang terbuat dari daging sapi.

"Dagingnya dioplos. Kalau yang kasus sekarang di Pekojan ini memang bakso daging babi hutan, daging celeng. Itu kan tidak boleh dikonsumsi," kata Agung. 

Sebelumnya diberitakan, Polsek Metro Tambora telah menangkap Sutiman Wasis Utomo, pedagang bakso yang terbuat dari daging celeng, pada Senin (5/5/2014) lalu. Kepastian daging celeng itu terungkap setelah DKP DKI melakukan tes laboratorium awal untuk memastikan jenis daging. Hasilnya, daging dagangan Sutiman terbuat dari celeng atau babi hutan.

Sutiman ditangkap dengan barang bukti hasil cek laboratorium, kompor, dua gerobak bakso, lengkap dengan perlengkapan masak baksonya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film 'Lafran'

Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film "Lafran"

Megapolitan
Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Megapolitan
Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Megapolitan
10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

Megapolitan
Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Megapolitan
Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Megapolitan
Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com