Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Massa Prabowo-Hatta Gelar Aksi Teatrikal Sindir KPU di Depan MK

Kompas.com - 11/08/2014, 16:03 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa melakukan aksi teatrikal di depan gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Senin (11/8/2014). Hari ini mereka mendatangi MK untuk memberi dukungan dalam sidang lanjutan gugatan hasil pilpres yang diajukan Prabowo-Hatta.

Aksi yang dilakukan oleh Taruna Juang Indonesia tersebut menyindir Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Awalnya, seorang pemain teatrikal mempertanyakan sikap KPU yang tidak memimpin pemilihan presiden dengan benar. Menurut dia, KPU telah berbuat curang dalam Pilpres 2014. Kemudian, beberapa pemain teatrikal lainnya muncul dengan mengenakan kaus warna putih berlengan merah.

Wajah mereka dilumuri cat warna merah putih. Seorang pemain membawa kardus putih bertuliskan "KPU". Dalam aksinya, para pemain ini hanya sekadar melihat-lihat kardus KPU tersebut. Lalu, mereka berebut kardus putih itu.

Selama lebih kurang lima menit perebutan kardus itu dilakukan. Tak lama setelah kardus berhasil diambil salah seorang pemain, mereka membuka paksa kardus tersebut dan memperlihatkan hasilnya ke massa lain serta para pewarta yang tengah meliput.

"Kotak kosong ada di depan mata kita. Kotak kosong ada di depan mata kita," mereka berteriak di depan massa. Seusai mempertanyakan dan memperlihatkan kardus di depan massa, seorang orator yang merupakan koordinator lapangan aksi damai Prabowo-Hatta, Akbar Husein, datang membawa pengeras suara dan meneriakkan kekosongan kotak.

"Siapa yang bisa ngomong kalau kosong? Ini kosong. Kenapa ini KPU?" ucapnya melalui pengeras suara. Massa yang berkumpul di dekat pemain teatrikal ini pun ikut menyuarakan suaranya. "Maling, KPU maling," ucap massa berteriak.

"Enggak perlu dia ngelapor-ngelapor. Udah jelas banyak maling-maling di KPU," kata orator lainnya. Sementara itu, penanggung jawab aksi, Andre Rosiade, mengatakan, aksi teatrikal itu sebagai aksi damai yang menuntut keadilan atas perlakuan KPU terhadap Prabowo-Hatta.

"Kami ini hanya aksi damai. Aksi bentuk apa pun untuk meminta keadilan di MK ini kita terus suarakan sampai hasil sidang keluar. Kita akan setiap hari di sini," kata Andre kepada Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Megapolitan
PPDB 'Online' Diklaim Efektif Cegah Adanya 'Siswa Titipan'

PPDB "Online" Diklaim Efektif Cegah Adanya "Siswa Titipan"

Megapolitan
Putusan Bawaslu: Dharma Pongrekun-Kun Wardana Boleh Perbaiki Berkas Pencalonan Pilkada Jakarta

Putusan Bawaslu: Dharma Pongrekun-Kun Wardana Boleh Perbaiki Berkas Pencalonan Pilkada Jakarta

Megapolitan
Polisi Identifikasi Provokator Pembakar Panggung Konser Lentera Festival Tangerang

Polisi Identifikasi Provokator Pembakar Panggung Konser Lentera Festival Tangerang

Megapolitan
Kapolres Depok Bakal Razia Ponsel Anggotanya demi Cegah Judi Online

Kapolres Depok Bakal Razia Ponsel Anggotanya demi Cegah Judi Online

Megapolitan
Warga Melawai Keluhkan Kegaduhan Aktivitas Restoran dan Parkir Liar di Sekitar Permukiman

Warga Melawai Keluhkan Kegaduhan Aktivitas Restoran dan Parkir Liar di Sekitar Permukiman

Megapolitan
Tak Perlu Lagi ke Sumur Tua, Warga Desa Lermatang Akhirnya Bisa Merasakan Air Bersih Bantuan Kemensos

Tak Perlu Lagi ke Sumur Tua, Warga Desa Lermatang Akhirnya Bisa Merasakan Air Bersih Bantuan Kemensos

Megapolitan
Aksi Teatrikal Demo Tolak Tapera Aliansi BEM Bogor, Tampilkan Karikatur Jokowi dan Tabur Bunga

Aksi Teatrikal Demo Tolak Tapera Aliansi BEM Bogor, Tampilkan Karikatur Jokowi dan Tabur Bunga

Megapolitan
Aksi Dina Ukur Jarak Rumah ke SMA Depok Pakai Meteran, Terpaut 120 Meter tapi Anaknya Tak Lolos PPDB

Aksi Dina Ukur Jarak Rumah ke SMA Depok Pakai Meteran, Terpaut 120 Meter tapi Anaknya Tak Lolos PPDB

Megapolitan
PPDB Jalur Zonasi, Ketua Posko Wilayah 2 Jaksel: Calon Siswa Minimal Harus Tinggal 1 Tahun

PPDB Jalur Zonasi, Ketua Posko Wilayah 2 Jaksel: Calon Siswa Minimal Harus Tinggal 1 Tahun

Megapolitan
Nakes RSUD Koja Demo karena Gaji ke-13 Dipotong

Nakes RSUD Koja Demo karena Gaji ke-13 Dipotong

Megapolitan
Siasat Preman yang Getok Tarif Parkir ke Bus Wisata: Buntuti dan Adang Bus, lalu Larang Parkir di Stasiun Gambir

Siasat Preman yang Getok Tarif Parkir ke Bus Wisata: Buntuti dan Adang Bus, lalu Larang Parkir di Stasiun Gambir

Megapolitan
Peringati Hari UMKM Internasional, Fahira Idris: Mulailah Jadi Creativepreneur

Peringati Hari UMKM Internasional, Fahira Idris: Mulailah Jadi Creativepreneur

Megapolitan
Warga Minta Heru Budi Cek Langsung ke Rusunawa Marunda yang Asetnya Dijarah Maling

Warga Minta Heru Budi Cek Langsung ke Rusunawa Marunda yang Asetnya Dijarah Maling

Megapolitan
Ketua Posko PPDB Wilayah 2 Jaksel: Kuota Diatur Kemendikbud, tapi Bisa Ditambah lewat Pergub

Ketua Posko PPDB Wilayah 2 Jaksel: Kuota Diatur Kemendikbud, tapi Bisa Ditambah lewat Pergub

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com