Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Layanan Pemakaman "Online", Pembenahannya Tetap Manual

Kompas.com - 03/10/2014, 12:07 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Sugiharto, mengatakan, tercapainya pemakaman online sulit dan memiliki tantangan besar. Sebagai pihak pengelola, dia mengatakan, masih banyak hal yang harus dibenahi terlebih dahulu.

"Dibenahinya harus secara manual," ujar Sugiharto di TPU Karet Bivak, Jumat (3/10/2014).

Pada pemakaman online, informasi mengenai ketersediaan lahan dilakukan melalui program khusus. Program tersebut akan menampilkan gambaran denah lahan pemakaman di TPU Karet Biavak. Sugiharto mencontohkan, untuk lahan yang tersedia, program tersebut akan memberi warna merah pada titik lahan tertentu.

"Namun, bisa saja ketika di lapangan di lahan itu ada pohon atau tumpukan sampah, atau kontur tanah yang tidak rata. Kan tidak tahu," ujar Sugiharto.

TPU Karet Bivak membagi lahannya menjadi 100 petak lahan. Menurut aturan, satu petaknya berisi 500 makam. Hal itulah yang juga akan terekam dalam program pemakaman online nanti.

Padahal, menurut Sugiharto, satu petak tidak dapat dipastikan selalu diisi oleh 500 makam. Terkadang bisa kurang dari itu. Hal ini disebabkan luas lahan pada tiap-tiap petak berbeda. Selain itu, masalah teknis seperti pohon yang tumbuh dan kontur tanah tak rata juga memengaruhi.

"Nah, yang seperti ini kan ketahuannya di lapangan, bukan lewat online," ujar Sugiharto.

Lagi pula, jika ingin dimasukkan ke dalam sistem online, 100 petak lahan itu harus didata terlebih dahulu. Pendataan itu harus dilakukan secara manual. Harus memeriksa satu per satu makam di TPU yang telah menampung sekitar 60.000 makam itu. "Jadi memang tantangannya besar," tambah Sugiharto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com