"Dibenahinya harus secara manual," ujar Sugiharto di TPU Karet Bivak, Jumat (3/10/2014).
Pada pemakaman online, informasi mengenai ketersediaan lahan dilakukan melalui program khusus. Program tersebut akan menampilkan gambaran denah lahan pemakaman di TPU Karet Biavak. Sugiharto mencontohkan, untuk lahan yang tersedia, program tersebut akan memberi warna merah pada titik lahan tertentu.
"Namun, bisa saja ketika di lapangan di lahan itu ada pohon atau tumpukan sampah, atau kontur tanah yang tidak rata. Kan tidak tahu," ujar Sugiharto.
TPU Karet Bivak membagi lahannya menjadi 100 petak lahan. Menurut aturan, satu petaknya berisi 500 makam. Hal itulah yang juga akan terekam dalam program pemakaman online nanti.
Padahal, menurut Sugiharto, satu petak tidak dapat dipastikan selalu diisi oleh 500 makam. Terkadang bisa kurang dari itu. Hal ini disebabkan luas lahan pada tiap-tiap petak berbeda. Selain itu, masalah teknis seperti pohon yang tumbuh dan kontur tanah tak rata juga memengaruhi.
"Nah, yang seperti ini kan ketahuannya di lapangan, bukan lewat online," ujar Sugiharto.
Lagi pula, jika ingin dimasukkan ke dalam sistem online, 100 petak lahan itu harus didata terlebih dahulu. Pendataan itu harus dilakukan secara manual. Harus memeriksa satu per satu makam di TPU yang telah menampung sekitar 60.000 makam itu. "Jadi memang tantangannya besar," tambah Sugiharto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.