Saat ayahnya akan meninggal, Ahok menceritakan pertemuannya dengan Razaq Ali. Dia lalu mendapat wejangan dari sang ayah.
"Kalau saya ada Rp 100, saya bantu orang miskin Rp 80 atau Rp 90 saja, itu sudah gendeng saya. Kalau saya punya Rp 100, saya bantu 10 orang saja, itu saja kebanyakan. Mungkin (saya bantu) satu saja, jangan terlalu banyak. Nah, ini bapak enggak punya Rp 100, minjem, kasih orang Rp 100," ungkapnya.
Kemudian, ayah Ahok heran karena tidak pernah merasa melakukan hal tersebut. "Kata bapak saya, 'Dari mana saya pernah lakukan itu?' Saya dengar dari Kiai Razaq Ali, kemudian saya cerita soal mobil saya mogok," katanya.
Ahok pun bertanya, apa rumus bapaknya bisa berani berutang, dan malah memberikan uangnya kepada Razaq Ali. Jawaban sang ayah pun enteng.
"Kalau Kiai Razaq Ali yang berutang, dia sudah mau meninggal, tidak bisa membayar. Kalau saya yang utang, saya masih bisa bayar, sederhana saja," ungkap Ahok menirukan kata-kata ayahnya.
Kemudian, ayah Ahok pun berkata bahwa dirinya tidak akan lama lagi hidup di dunia. Ia meminta anak sulungnya tersebut untuk membayar utang-utangnya. "Tolong kamu ingatkan utang-utang bapak. Tolong kamu jual aset yang ada semuanya, dan bayar utangnya," ucap Ahok kembali menirukan kata-kata sang ayah.
Dari cerita tersebut, Ahok ingin memberikan gambaran tentang hidup seorang pemimpin yang masih bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. "Ini baru pemimpin, mewariskan semua," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.