Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi: Sementara Saja, Kesemrawutan karena Larangan Sepeda Motor di Jalan Protokol

Kompas.com - 28/11/2014, 07:39 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian tak menampik bahwa akan ada kesemrawutan lalu lintas begitu berlaku rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melarang sepeda motor melintas di jalan protokol Ibu Kota. Namun, kesemrawutan itu diyakini hanya akan berlangsung sementara.

"Orang pasti kebingungan mencari jalan alternatif pada awalnya," aku Kepala Sub Direktorat Keamanan dan Keselamatan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, AKBP Irvan Prawira, ketika dihubungi, Kamis (27/11/2014) petang.

Rencana pelarangan itu akan mulai diberlakukan pada 17 Desember 2014 di Jalan Medan Merdeka Barat dan berlanjut hingga kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, sebelum diterapkan di seluruh jalan protokol Ibu Kota.

Pada masa-masa awal penerapan rencana tersebut, kata Irvan, polisi tidak akan langsung melakukan penilangan bila ada pengendara sepeda motor yang masih "nyasar" masuk jalan terlarang.

Menurut Irvan, evaluasi atas penerapan rencana larangan itu akan dilakukan setelah satu bulan uji coba dilaksanakan.

Kemacetan

Irvan berjanji polisi akan turun tangan mengatur lalu lintas bila larangan tersebut menyebabkan kemacetan "berpindah" ke jalan alternatif yang menggantikan rute lewat jalan protokol. Dia bahkan berkeyakinan larangan ini memang akan mengurangi kemacetan di jalan utama Ibu Kota.

Menurut Irvan, larangan ini akan memaksa para pengendara sepeda motor lewat rute jalan protokol beralih ke angkutan umum. Sebagai efek domino berikutnya, ujar dia, Pemerintah Provinsi DKI pun bakal menyediakan transportasi umum yang baik.

"Ini untuk membiasakan mental masyarakat supaya mau diatur, sekaligus mendorong pemerintah menyediakan transportasi umum yang lebih memadai," ujar Irvan.

Seperti diberitakan sebelumnya, larangan ini diikuti janji penyediaan angkutan bus gratis di rute yang dilarang dilintasi sepeda motor. Selain itu, disediakan pula 11 lahan parkir di "mulut" jalan protokol yang dilarang dilintasi sepeda motor.

Kesebelas lahan parkir itu berlokasi di Gedung Jaya, Gedung Bank Dagang Negara (BDN), Djakarta Theatre, Sarinah, Gedung BII, Gedung Oil, Plaza Permata, Gedung Kosgoro, Hotel Pullman atau Wisma Nusantara, Grand Indonesia, dan The City Tower.

Namun, rencana ini menuai banyak penentangan terutama karena belum laiknya angkutan umum di DKI. Terlebih lagi, tarif lahan parkir yang disediakan itu pun diserahkan kepada pengelola masing-masing. Penyebab kemacetan di Jakarta pun diyakini bukanlah sepeda motor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Resmi Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi pada Pilkada 2024

Mochtar Mohamad Resmi Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi pada Pilkada 2024

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com