Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Banjir Lebih Sering Ini Bukan Hanya karena Pembangunan yang Dinamis di Ibu Kota"

Kompas.com - 02/12/2014, 13:12 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Beberapa tahun lalu, warga Jakarta tak merasakan banjir yang terjadi rutin setiap tahun. Namun, tahun-tahun terakhir ini banjir di Jakarta terjadi lebih sering, bahkan dalam setahun warga yang tinggal di titik rawan banjir harus merasakan kebanjiran lebih dari satu kali.

Lantas mengapa hal itu terjadi? Menurut Direktur Pengurangan Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan, banjir yang terjadi di Jakarta dipengaruhi oleh beberapa faktor. [Baca: Ahok: Enggak Usah Pakai Sirine, Masalah Kita Itu Kenapa Genangan Begitu Banyak]

"Banyak orang mungkin berpikir banjir yang terjadi lebih sering ini dikarenakan pembangunan yang dinamis di Ibu Kota, namun sebenarnya bukan hanya itu. Itu hanya sebagian dari faktor internal," kata Lilik di sela-sela serial diskusi bertajuk "Pengurangan Risiko Bencana Banjir di Jakarta" di Jakarta, Selasa (2/12/2014).

Lilik menyebutkan, secara keseluruhan, Pulau Jawa mengalami peningkatan tinggi daratan di bagian utara. Sebaliknya, di bagian utara mengalami penurunan, termasuk Jakarta.

"Maka secara otomatis air akan mengalir ke daerah yan lebih rendah, itu mengapa banjir di Jakarta terjadi lebih sering," kata Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Bencana Indonesia ini.

Selain itu, banjir juga dipengaruhi oleh perubahan iklim. Lilik menuturkan, perubahan iklim berpengaruh terhadap jadwal tibanya musim hujan. Dengan demikian, bila dulu musim hujan terjadi sekitar bulan September-Januari, kini pada Juni atau Juli pun hujan lebat juga dapat terjadi.

Faktor-faktor internal seperti perubahan tata guna lahan dan bertambahnya sedimentasi di sungai juga memengaruhi risiko banjir di Jakarta. Lilik menyebutkan, pengunaan lahan yang sebelumnya daerah resapan air menjadi permukiman dapat meningkatkan risiko banjir.

"Itulah kenapa sangat perlu pengaturan tata guna lahan di Jakarta ini, terutama untuk membuat daerah resapan air menjadi lebih banyak," kata Lilik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com