Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Minta Basuki Selalu Tegas, tetapi Arif

Kompas.com - 03/03/2015, 14:13 WIB
Sejak menggantikan Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta pada pengujung 2014 hingga saat ini, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dinilai telah banyak berbuat.

"Gubernur Basuki baru saja menjabat, tetapi sudah banyak berbuat untuk masyarakat DKI, seperti urusan kartu keluarga, KTP gratis, dan 1-3 kali seminggu pegawai kelurahan turun kerja bakti bersama warga," kata Rifan (48), tukang ojek dan warga RT 011 RW 002 Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Jumat (27/2).

Ia menambahkan, sosok Basuki hampir sama dengan Jokowi dalam hal kebijakan dan kecintaan mereka kepada rakyat. Yang membedakan mereka, Jokowi lebih halus dan Basuki lebih tegas. "Warga Jakarta butuh pemimpin yang berani seperti Basuki untuk membuat perubahan," kata Rifan.

Rifan menambahkan, masyarakat kecil mendukung Basuki hingga akhir jabatannya. "Kami masyarakat kecil tetap mendukungnya asal dia tetap punya hati seperti sekarang bersama rakyat," ujarnya.

Wawan (38), karyawan toko di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, mengatakan, penilaian terhadap Basuki harus netral. "Orang kelas menengah ke bawah pasti mengakui kinerja Basuki karena bukan omong doang, tetapi ada buktinya," ucapnya.

Soal gaya komunikasi blakblakan, kata Wawan, itu ciri khas setiap orang. Bagi Wawan, gaya komunikasi blakblakan seperti itu dibutuhkan untuk mengurai budaya bisu yang selama ini menggerogoti pejabat dan pegawai negeri sipil di DKI. "Ini gubernur pertama yang berani melawan siapa pun demi rakyat dan kebenaran," ujarnya.

Diding (37), warga RT 001 RW 005 Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, saat ditemui di Season City menyatakan, dalam sejarah Jakarta, ada tiga nama yang dikenal masyarakat, yaitu Ali Sadikin, Jokowi, dan Basuki. "Ketiga orang ini memiliki ciri khas berbeda yang sangat diakui oleh masyarakat," katanya.

Hingga jabatan usai

Menurut Diding, semua pihak harus mendukung Gubernur Basuki hingga akhir masa jabatannya. "Membangun Jakarta bukan membangun negeri seribu satu malam. Kita semua harus bersabar diri," ujarnya.

Diding menegaskan, rencana pemakzulan terhadap Basuki oleh DPRD DKI di luar akal sehat.

Meski demikian, sebagian masyarakat lain minta Basuki menepati janjinya menangani banjir dan kemacetan. Mereka juga berharap Gubernur bisa lebih dekat dengan masyarakat.

Marsudi (45), warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengatakan, Basuki merupakan sosok yang tegas dan bersemangat. "Selama jadi gubernur, dia sering marahi bawahan kalau kerja mereka enggak bener," katanya.

Namun, kata dia, banyak janji Basuki yang belum terpenuhi. "Katanya mau urus kemacetan, tetapi di daerah Pasar Minggu setiap hari macet dan itu sudah sejak saya datang 20 tahun lalu," tambah Marsudi.

Bahkan, pria kelahiran Madura itu sangsi Basuki bisa mengatasi kemacetan di Jakarta. "Sudah berapa kali ganti Gubernur Jakarta, macet enggak hilang juga," jelasnya.

Adi (22), warga asli Kalibata, Jakarta Selatan, mengkritik Basuki karena menganggapnya jarang bersilaturahim atau berkumpul bersama warga. Padahal, rakyat senang jika disapa langsung oleh pemimpinnya.

Adi dan juga Rosdi (38), warga Pejaten, menambahkan, dirinya tidak terlalu senang dengan gaya Basuki yang sembarangan berbicara di depan umum. "Dia, kan, pemimpin. Kalau selalu marah-marah, orang banyak yang enggak suka nantinya, apalagi kalau pakai omongan kasar. Jadi pemimpin, kan, harus sopan," kata Rosdi.

Namun, di sisi lain, Rosdi mengakui ketegasan Basuki kepada bawahannya, termasuk dengan DPRD DKI Jakarta, membuat dua lembaga itu tidak bisa seenaknya lagi memperlakukan rakyat yang memang seharusnya dilayani dengan baik. (B09/B10)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Megapolitan
Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Megapolitan
Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com