KOMPAS - ”Seburuk apa pun Bekasi di mata kalian, sekampung apa pun Bekasi di mata kalian, gue bakal tetep cinta sama tanah kelahiran gue. Dengan semua baik buruknya, dengan semua plus minusnya, gue bakal tetep cinta sama kota ini. Sampe mati.”
Itulah kutipan tulisan Vicky Novarro dalam blog pribadinya yang dibuat akhir Oktober 2014. Vicky agak gusar dengan animasi ekspresi atau meme yang belakangan mengolok-olok Bekasi dengan nada kurang elok.
”Saya sebagai orang Bekasi mulai gerah ketika banyak becandaan yang sudah keterlaluan,” kata Vicky.
Maraknya perundungan (bully) terhadap Bekasi di media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Path, dimulai pada pertengahan 2014. Ada yang membuat meme sesuai fakta, tetapi ada juga yang menganalogikan lewat sindiran yang berlebihan, bahkan cenderung nyinyir.
Salah satu meme yang berbasis fakta menggambarkan sebuah jalan rusak yang dilewati kendaraan dengan kata-kata: ”Kalau lu lagi jalan tiba-tiba jalanan rusak berarti lu udah masuk BEKASI”.
Namun, ada juga yang membuatnya berlebihan, seperti menunjukkan letak Bekasi di antara Matahari dan Bumi. Ada juga meme yang menyebut Bekasi merupakan planet lain sehingga peta Bekasi dijual terpisah dari Bumi. Selain itu, ada gambar astronot yang berada di Bulan tengah mendapati penunjuk jalan yang memperlihatkan letak Bekasi dan Bumi di arah yang berlainan.
Memantik emosi
Celetukan yang berlebihan itulah yang memantik emosi Vicky. ”Gue setuju waktu kalian bilang jalanan Bekasi rusak. Gue setuju waktu kalian bilang maen ke Bekasi paling ketemu macet, tapi gue sakit hati kalo ada yang bilang Bekasi tempat tinggal orang kampung,” sebut Vicky pada tulisannya yang berjudul ”Damn, I Love Bekasi” dalam blognya.
Tidak hanya Vicky yang terpanggil membela Kota Bekasi, tetapi juga warga lain yang aktif di media sosial. Di Twitter, misalnya, sejumlah akun berinisiatif membuat tagar #StopBullyBekasi, #SaveBekasi, #IniBekasiku, hingga #BekasiStrikeBack sebagai upaya membela Bekasi dari perundungan yang bertubi-tubi. Tagar ini seperti virus yang dengan cepat membangun solidaritas warga.
Dalam pembelaan itu, terdapat meme balasan, seperti kata-kata: ”Hallo Bos? Daerah lu banjir? Jakarta? Salam, warga Bekasi”, dengan gambar suasana hujan yang terlihat dari dalam mobil. Atau, ”Kalau Anda lagi jalan tiba-tiba melihat banyak cewek dan cowok cakep berarti Anda sudah memasuki Bekasi”.
”Waktu pertama kali lihat meme yang ngeledek, ketawa banget, tetapi lama-lama nyesek juga,” kata Reni Agustina (22), warga Jatiasih, Kota Bekasi.
Sebagai pengguna aktif di Twitter, Reni pada awalnya ikut menggulirkan meme negatif karena merasa sebagian olok-olok merupakan kondisi faktual di Bekasi. Namun, ketika meme itu sudah berlebihan, dia pun merasa gerah dan berbalik menebar virus rasa bangga pada Bekasi.
Selain Reni, sejumlah warga juga melempar cuitan pribadi yang menyatakan bangga terhadap Kota Bekasi. Seperti Jhonathan di akun @27JPS_ yang menulis: ”Bekasi gak ada di peta? Tapi Bekasi ada di hati gua Brayy...” atau cuitan akun @krisna_prasetyo ”Tuhh klo nggak ada Bekasi, Jakarta penuh sampah, penganggur makin banyak klo nggak ada Bekasi, so janganlah ejek Kota Bekasi”.
Momentum berbenah
Namun, ada warga yang menilai pelbagai sindiran tentang Bekasi sebagian adalah fakta yang sepatutnya menjadi perhatian pemerintah. Misalnya, jalan rusak, cuaca panas, macet, banjir, rawan kejahatan, dan minim ruang publik.