Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengembalikan "Car Free Day"

Kompas.com - 27/03/2015, 15:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Menyebalkan! Komentar serupa disampaikan sejumlah warga jika ditanya bagaimana kondisi kawasan bebas kendaraan bermotor setiap hari Minggu di Jalan MH Thamrin-Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day/CFD) di kawasan yang sehari-hari macet itu telah berlangsung sejak 13 tahun lalu.

Di situ, warga Ibu Kota, yang setiap hari penat oleh kemacetan lalu lintas ataupun polusi yang menyengat, sesaat bisa menikmati keleluasaan beraktivitas untuk bergerak, berolahraga, atau berinteraksi bersama sesama warga. Mereka bisa berekreasi dengan bermain bola, bersepatu roda, bersepeda, atau joging di area CFD dengan leluasa. Presiden Joko Widodo pun beberapa kali bersepeda atau berinteraksi dengan warga di CFD itu.

Tujuan lain CFD itu juga kota yang sehari-hari disesaki asap knalpot dan polusi udara bisa "bernapas" sejenak. Polusi udara bisa ditekan sesaat, kualitas udara membaik.

Kesuksesan pelaksanaan CFD itu lalu juga diikuti beberapa ruas jalan di Ibu Kota, bahkan kota-kota lain di Indonesia.

Namun, suasana menyenangkan itu sejak beberapa waktu lalu terenggut. Kawasan itu belakangan berubah tak ubahnya pasar kaget atau pasar tumpah dadakan. Para pedagang, mulai dari makanan-minuman hingga kaus oblong, dengan mudah berbaur dengan ribuan orang yang berlalu lalang.

Pihak Pemerintah Provinsi DKI sudah berusaha membatasi ruang gerak mereka, tetapi kehadiran para pedagang itu sulit terbendung karena mereka tetap mencari ruang-ruang untuk berjualan. Bahkan, ironisnya, tak jarang di kawasan bebas kendaraan bermotor itu juga ditawarkan kredit kendaraan bermotor beroda dua hingga beroda empat.

Sejumlah perusahaan pun membuat gerai, stan, atau panggung mini untuk mempromosikan produknya lengkap dengan berbagai permainan. Sejumlah instansi ataupun perusahaan swasta yang berulang tahun juga menjadikan kawasan CFD ini sebagai tempat kegiatan mereka.

Mereka biasanya mengisi kegiatan dengan gerak jalan bersama antarkaryawan atau kegiatan lain. Tak jarang aksi seperti itu malah menuai perundungan di media sosial karena dianggap mengambil alih kawasan CFD.

Tak menyenangkan

Keriuhan di kawasan itu makin diperparah dengan kehadiran berbagai aksi unjuk rasa. Warga yang tadinya ingin berekreasi harus berjejalan dengan massa berbagai atribut yang mengikuti demonstrasi.

Berbagai aksi unjuk rasa, termasuk yang berbau politik, pun kerap dilaksanakan di kawasan itu, terutama di area Bundaran Hotel Indonesia. Bermacam-macam pengeras suara, dari kelas megafon hingga sound system berkekuatan ribuan watt, lengkap dengan orasi yang bernada provokasi, menambah suasana tak menyenangkan di kawasan CFD. Tak jarang terjadi gesekan antara massa pendukung masing-masing pihak.

"Gue sekarang lebih suka lari di kawasan Gelora Bung Karno. CFD Thamrin udah mirip pasar, enggak ada nyaman-nyamannya lagi," ujar warga penggemar olahraga lari.

Rupanya, tak hanya masyarakat, Pemprov DKI Jakarta pun menyadari jika pelaksanaan CFD saat ini sudah melenceng dari tujuan awal.

Pemprov DKI dikabarkan akan melarang kegiatan politik di kawasan CFD. Setiap kegiatan bisnis serta promosi barang dan jasa juga harus meminta izin dari Pemprov DKI dan kepolisian.

Bagaimanapun, CFD atau HBKB harus tetap menjadi hari bebas kendaraan bermotor. Namun, warga juga berharap hari Minggu di kawasan itu menjadi HBKB alias "hari bebas kegiatan berpolitik". Mereka ingin jeda sesaat dari hiruk-pikuk politik yang selalu bising dan tak pernah usai di negeri ini.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Maret 2015, di halaman 27 dengan judul "Mengembalikan CFD".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Megapolitan
Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Megapolitan
Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com