Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Iiih, Jadi Ngeri deh Sekarang Minum Pake Es"

Kompas.com - 30/03/2015, 08:33 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak terungkapnya pabrik es batu berbahaya, sejumlah warga Jakarta merasa was-was saat harus membeli minuman yang menyertakan es batu. Pasalnya, warga mengaku takut terkena penyakit setelah mengetahui kandungan yang terdapat dalam es batu yang kerap di jual di warung-warung tersebut.

"Ih, jadi ngeri deh sekarang minum pake es. Entar keracunan pula," ujar Ai Chintia Ratnawati, warga Pondok Labu, Jakarta Selatan, Minggu (29/3/2015).

Warga lainnya, Parahian Simbolon (45), justru khawatir jika es batu berbahaya tersebut terminum oleh anaknya. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu mengaku kebiasaan minum ditambah es batu yang dibeli di warung itu bermula dari istrinya. Lambat laun, kebiasaan tersebut menular kepada anaknya yang masih berusia empat tahun.

"Mengerikan sekali itu. Saya jadi khawatir, mana istri saya suka sekali beli es teh manis. Sekarang anak saya ikut-ikutan (minum es). Kok bisa ya, ada orang (pembuat es batu berbahaya) yang setega itu," sesal warga Pondok Gede tersebut.

Meski demikian, ada juga warga lainnya yang justru tidak mempersoalkan kondisi es batu yang menjadi pendingin minumannya. Seperti yang disampaikan Afiyah Yahya (25), warga Tanah Sareal, Jakarta Barat.

Menurut perempuan yang akrab disapa Fia tersebut, dia cukup sering minum menggunakan es dari warung pinggir jalan. Bahkan, Fia mengaku sudah tahu kondisi es batu yang tidak steril tersebut, namun tetap nekat meminumnya. "Gue sih udah tahu esnya enggak steril. Tapi tetap bandel," timpal reporter TV swasta tersebut, seraya tertawa.

Perbincangan terkait es batu tercemar ini terkait digerebeknya pabrik es batu balok yang berlokasi di Jalan Rawa Gelam Nomor 2, Kawasan Industri Pulogadung (KIP), Cakung, Jakarta Timur. Diduga, pabrik yang berdiri sejak 15 tahun lalu itu, menggunakan bahan baku airnya dari aliran anak Kali Malang, di Bekasi.

Setelah ditampung, air diberi bahan kimia jenis kaporit, soda api, tawas, dan ANP untuk menjernihkan lumpur dan antifoam. Setelah jadi, es tersebut didistribusikan ke depo-depo di sekitar Jakarta dan dijual ke warung-warung sebelum akhirnya dikonsumsi warga Jakarta. Pabrik itu diketahui memproduksi 2.000 es balok setiap harinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Kebakaran di Gedung Graha CIMB Niaga, Api Berasal dari Poliklinik di Lantai Basement

Megapolitan
Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Melihat Kondisi Hunian Sementara Warga Eks Kampung Bayam yang Disoroti Anies

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Besok

Megapolitan
Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Basement Gedung Graha CIMB Niaga di Jalan Sudirman Kebakaran

Megapolitan
Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Akhir Hayat Lansia Sebatang Kara di Pejaten, Tewas Terbakar di Dalam Gubuk Reyot Tanpa Listrik dan Air...

Megapolitan
Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Anies Kembali Ikut Pilkada Jakarta, Warga Kampung Bayam: Buatlah Kami Sejahtera Lagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com