Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tersangka Pencabulan, Pedangdut SAG Ditahan dan Terancam 15 Tahun Penjara

Kompas.com - 17/06/2015, 12:01 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pedangdut SAG telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pencabulan anak di bawah umur. Dia telah ditahan di ruangan tahanan Polres Metro Jaksel, sementara penyidik melengkapi pemberkasannya untuk dilimpahkan ke kejaksaan.

Wakapolres Metro Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Surawan mengatakan, atas perbuatannya, SAG melanggar Pasal 82 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

"Ancaman hukuman penjara maksimal lima belas tahun dan denda maksimal Rp 300 juta," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/6/2015).

Tindak kekerasan seksual tersebut terjadi pada Desember 2014 lalu. Saat itu, korban, TAP (5), sedang diajak ibunya, NR, yang bekerja sebagai juru masak katering di sebuah kantor rumah produksi di Jalan Tebet, Jakarta Selatan. 

Saat NR bekerja, TAP bermain dan bertemu dengan SAG yang juga bekerja di tempat tersebut. TAP kemudian menerima kekerasan seksual di toilet lantai 3 kantor tersebut.

Pada malam harinya, TAP mengeluh sakit di kemaluannya. NR kemudian mengeceknya dan menemukan lecet di sana. Ia pun segera meminta visum ke RS dr Cipto Mangunkusumo. Surat hasil visum tersebut dibawa ke Mapolres Metro Jakarta Selatan untuk dijadikan barang bukti. 

Kepolisian kemudian melakukan pemanggilan terhadap SAG. Namun, pedangdut yang terkenal pada era 1990-an itu tetap mangkir. Ia kemudian hadir pada pemanggilan selanjutnya.

"Tanggal 10 Juni 2015 dipanggil, lalu tanggal 11 Juni 2015 kami tetapkan SAG sebagai tersangka," kata Surawan.

Sempat mengelak

Sebelum ditetapkan sebagai tersangka, SAG sebenarnya sempat mengelak. Ia tidak terima dituduh melakukan kekerasan terhadap TAP hanya karena gadis kecil itu menyebut bahwa pelakunya memiliki ciri-ciri berkepala botak. Sebab, ada pula orang dengan ciri-ciri tersebut di rumah produksi tempat dia bekerja.

Surawan menjelaskan, TAP mengenali SAG dengan panggilan "Om Botak". Maka penyidik pun memanggil dua orang yang memiliki kepala botak itu. Ternyata, TAP langsung menunjuk ke arah SAG. TAP saat ini tengah menjalani terapi psikologis atas kekerasan yang dialaminya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com