Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan APBD Diusulkan Rp 66 Triliun

Kompas.com - 30/06/2015, 15:58 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah merumuskan Perubahan APBD 2015. Diperkirakan, perubahan anggaran mencapai Rp 66 triliun, sedikit di bawah APBD 2015 yang Rp 69,2 triliun.

Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah, Senin (29/6), mengatakan, sejumlah efisiensi dilakukan, termasuk penghentian program-program yang diperkirakan tidak akan selesai sampai akhir tahun ini.

"Dari seluruh satuan kerja ada dana Rp 1,9 triliun yang bisa digunakan untuk program lain. Ada dana tidak terpakai dari proyek mass rapid transit Rp 2,4 triliun. Ada pula penghematan dari belanja pegawai Rp 4 triliun-Rp 5 triliun," ujarnya.

Dana yang tidak terpakai itu direncanakan dialihkan untuk penyertaan modal pemerintah kepada badan usaha milik daerah, seperti Bank DKI dan PT Jakarta Propertindo. Adanya kelebihan dana itu, lanjut Saefullah, karena penganggaran yang terlalu tinggi untuk suatu program.

Saefullah menambahkan, pengurangan nilai Perubahan APBD juga dipengaruhi pendapatan daerah. Lebih baik menurunkan nilai usulan Perubahan APBD daripada dana tidak ada karena pendapatan tidak mencapai target.

Setelah dirumuskan, Kebijakan Umum Anggaran/Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA/PPAS) Perubahan APBD 2015 akan diajukan ke Kementerian Dalam Negeri. Sama seperti APBD 2015, Perubahan APBD 2015 juga akan disahkan dengan peraturan gubernur setelah disetujui Kemendagri.

Kepala Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa DKI Jakarta Irvan Amtha mengatakan, sampai saat ini jumlah kegiatan yang sudah sampai proses lelang baru 373 kegiatan dari sekitar 5.000 kegiatan. Nilainya baru mencapai Rp 847,3 miliar.

"Kalau anggaran belanja langsung kita Rp 38 triliun, lalu untuk kegiatan yang dilelang kira-kira Rp 20 triliun, butuh berapa lama itu? Saya prediksi sampai akhir tahun paling cuma bisa Rp 2 triliun," kata Irvan.

Irvan menambahkan, waktu pelaksanaan program pembangunan fisik setelah Perubahan APBD disahkan-kemungkinan Agustus-hanya sekitar empat bulan. Proyek pelapisan jalan atau pengerukan saluran masih mungkin dilakukan, tetapi pembangunan gedung sudah tidak memungkinkan lagi.

Diminta realistis

Terkait perubahan itu, pimpinan DPRD DKI Jakarta memanggil Sekretaris Daerah, Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, serta Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah DKI Jakarta Senin sore untuk menjelaskan KUA-PPAS serta perubahan APBD 2015.

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Triwisaksana meminta Pemprov DKI realistis terhadap target pendapatan dan penyerapan APBD. Dia menilai angka yang dipatok terlampau tinggi. Padahal, seperti gejala dunia, ekonomi Indonesia dan Jakarta mengalami perlambatan.

DPRD DKI Jakarta berharap pemerintah mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam pos-pos anggaran. (FRO/MKN)

-------------------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan harian Kompas edisi Selasa, 30 Juni 2015, dengan judul "Perubahan APBD Diusulkan Rp 66 Triliun".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

Megapolitan
Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Megapolitan
Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Megapolitan
Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com