Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berusia 1 Abad, SMAN 19 Belum Direhabilitasi

Kompas.com - 13/08/2015, 18:57 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - SMA Negeri 19 merupakan satu dari beberapa sekolah yang memakai gedung yang sama di Jalan Perniagaan 31, Tambora, Jakarta Barat. Gedung yang sudah berdiri sejak tahun 1901 itu disebut belum pernah direhabilitasi berat hingga banyak kerusakan, baik dari sisi fisik gedung hingga sarana dan prasarana yang ada di sana. 

Lokasi SMA Negeri 19 sendiri dapat dengan mudah ditemukan di Jalan Perniagaan, dekat Pasar Pagi Asemka. Dari pintu gerbang, tampak tulisan "kompleks pendidikan" yang menerangkan di kawasan itu ada lebih dari satu sekolah. 

Selain SMA Negeri 19, ada juga SMP Negeri 63 dan SD Negeri Tambora 01, 02, dan 03. Semua sekolah itu merupakan satu kesatuan dilihat dari segi bangunan dan wilayah. Secara keseluruhan, bentuk gedung di sana adalah letter U ditambah satu gedung di tengah yang merupakan gedung SMA. 

Ruang kelas untuk SMP dan SD sendiri ada di lantai dasar. Sedangkan ruang kelas SMA hingga lapangan olahraga berada di lantai dua dan lantai tiga. 

Gedung SD dan SMP

Sekilas pandang, banyak terdapat kerusakan di bangunan ini. Gedung yang didominasi oleh cat berwarna hijau itu tampak bobrok di bagian plafon setiap ruang kelas. Padahal, di plafon tersebut, ada kipas angin yang menggantung, masing-masing satu di ruang kelas. Alhasil, karena plafon mulai rapuh, kipas angin yang bergerak pun terlihat seperti akan jatuh ke bawah. 

"Waktu hujan, semua kelas pasti bocor atapnya," kata petugas keamanan, Fahri, kepada Kompas.com, Kamis (13/8/2015). 

Tidak hanya itu, hampir semua dinding yang menjadi pondasi bangunan tampak keropos. Cat warna hijau di dinding yang keropos banyak yang terkelupas. 

Untuk SMP sendiri, ada sekitar 700 orang murid yang semuanya masuk pagi. Hanya SD yang menerapkan masuk pagi dan siang karena keterbatasan ruang kelas. Ada 20 kelas untuk murid SD yang masuk pagi dan siang, dengan jumlah murid di masing-masing kelas sekitar 30 orang. 

Kondisi tidak layak lainnya bisa ditemukan pada toilet di sana. Untuk satu SMP, hanya ada satu toilet pria dan satu toilet wanita yang letaknya agak masuk ke dalam dan harus melewati gang sempit. Mushala di SMP tersebut juga menggunakan bekas ruang kelas karena keterbatasan ruangan yang layak digunakan. 

Sebenarnya, ada toilet sendiri untuk murid SD. Namun, karena ukurannya kecil, murid SD lebih memilih untuk menggunakan toilet yang ada di SMP. Dengan banyaknya murid yang menggunakan dan minimnya petugas kebersihan, toilet menjadi kotor. 

Gedung SMA

Berbeda dengan kondisi di SD dan SMP, ruang kelas di SMA lebih layak. Masing-masing ruang kelas dipasang AC sehingga hawanya cukup sejuk. Namun, masalah yang sama, yaitu rapuhnya plafon, tetap ditemukan hampir di semua ruang kelas SMA. 

Murid SMA Negeri 19 tercatat ada 583 orang, dari kelas 10 sampai kelas 12. Jumlah kelas di SMA sendiri hanya ada 17. Selain bocor, atap kelas yang berbatasan langsung dengan lapangan olahraga di atap gedung kerap keropos dan serpihan-serpihan kayu berjatuhan ke atas kepala murid di ruang kelas. 

"Sudah berapa kali kejadian kayak gitu. Dulu, kita sampai tandain mana saja tempat yang rawan. Namanya anak-anak olahraga, kita enggak bisa larang juga mereka harus pelan-pelan. Ya, beginilah kondisi sekolah kita," tutur Staf Sarana dan Prasarana SMA Negeri 19 Faridah sembari menjelaskan. 

Secara keseluruhan, tidak hanya SMA Negeri 19, seluruh bagian di bangunan itu dinilai sudah tidak nyaman lagi untuk proses belajar mengajar. Pihak sekolah berharap, ada kejelasan dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta agar tempat mereka bisa segera diperbaiki. 

"Sudah satu abad lebih, belum ada perbaikan yang menyeluruh. Sudah 104 tahun ini," ujar Faridah. 

Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Arie Budhiman mengatakan, bangunan sekolah yang nilai anggaran rehabnya dicurigai digelembungkan adalah SMA Negeri 19. Perencanaan rehab bangunan SMA Negeri 19 dilakukan tahun lalu, bersamaan dengan perencanaan rehab bangunan sekolah lainnya. 

Arie mengaku kurang mengetahui pasti penyebab besarnya nilai anggaran rehab SMA Negeri 19. Namun, ia menengarai hal itu disebabkan SMA Negeri 19 merupakan bangunan cagar budaya. Selain itu, pada lokasi yang sama, juga terdapat bangunan SD dan SMP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suami yang Bunuh Istrinya di Pulogadung Bekerja Sebagai Pegawai KAI

Suami yang Bunuh Istrinya di Pulogadung Bekerja Sebagai Pegawai KAI

Megapolitan
Pengemudi Ojol Sempat Dibuntuti Preman Usai Ambil Paket Misterius Berisi Sabu di Cengkareng

Pengemudi Ojol Sempat Dibuntuti Preman Usai Ambil Paket Misterius Berisi Sabu di Cengkareng

Megapolitan
Duduk Perkara Kasus Suami Bakar Istri di Tangerang, Bermula dari Persoalan Kunci Rumah

Duduk Perkara Kasus Suami Bakar Istri di Tangerang, Bermula dari Persoalan Kunci Rumah

Megapolitan
Pemprov DKI Bentuk Tim Khusus untuk Urus WNA Pengungsi di Depan Kantor UNHCR

Pemprov DKI Bentuk Tim Khusus untuk Urus WNA Pengungsi di Depan Kantor UNHCR

Megapolitan
Tiga Tahun Kepergian Ayahnya, Warga Depok: Sekarang Rasanya Kayak Bokap Lagi ke Luar Kota yang Sangat Lama

Tiga Tahun Kepergian Ayahnya, Warga Depok: Sekarang Rasanya Kayak Bokap Lagi ke Luar Kota yang Sangat Lama

Megapolitan
Pengamen Bunuh Lansia Penderita Alzheimer di Bogor, Pukul Korban Sebelum Menjatuhkannya ke Kali

Pengamen Bunuh Lansia Penderita Alzheimer di Bogor, Pukul Korban Sebelum Menjatuhkannya ke Kali

Megapolitan
Pegawainya Diduga Bunuh Diri, Restoran BBQ Korea di Blok M Langsung Tutup

Pegawainya Diduga Bunuh Diri, Restoran BBQ Korea di Blok M Langsung Tutup

Megapolitan
2 Selebgram di Bogor Ditangkap Polisi, Terlibat Judi 'Online' dan Video Asusila

2 Selebgram di Bogor Ditangkap Polisi, Terlibat Judi "Online" dan Video Asusila

Megapolitan
Viral Lagu Sal Priadi, 6 Makam di Tanah Kusir Berhias Bunga Matahari

Viral Lagu Sal Priadi, 6 Makam di Tanah Kusir Berhias Bunga Matahari

Megapolitan
Polisi Duga Bocah yang Tewas di Tol Cijago Ditabrak Mobil Saat Sedang Kejar Layang-layang

Polisi Duga Bocah yang Tewas di Tol Cijago Ditabrak Mobil Saat Sedang Kejar Layang-layang

Megapolitan
Ditinggal Pergi Orang Tersayang dalam Sekali Waktu, Kini Dea Masih seperti Mimpi

Ditinggal Pergi Orang Tersayang dalam Sekali Waktu, Kini Dea Masih seperti Mimpi

Megapolitan
Pengemudi Ojol di Jakbar Temukan 1 Klip Sabu dalam Paket yang Diantarnya

Pengemudi Ojol di Jakbar Temukan 1 Klip Sabu dalam Paket yang Diantarnya

Megapolitan
Pasar TU Bogor Kebakaran, Kerugian Ditaksir Capai Rp 2 Miliar

Pasar TU Bogor Kebakaran, Kerugian Ditaksir Capai Rp 2 Miliar

Megapolitan
Istri yang Dibakar Suaminya di Cipondoh Tangerang Alami Luka Bakar 27 Persen

Istri yang Dibakar Suaminya di Cipondoh Tangerang Alami Luka Bakar 27 Persen

Megapolitan
Malangnya Pegawai Warung Mi Ayam di Tangerang, Dikeroyok 'Debt Collector' Usai Bantu Pengendara Pertahankan Motor

Malangnya Pegawai Warung Mi Ayam di Tangerang, Dikeroyok "Debt Collector" Usai Bantu Pengendara Pertahankan Motor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com