Dengan semua ini, Lintong meminta masyarakat untuk memahami bahwa air yang mengalir di rumah-rumah mereka telah melewati serangkaian proses serta perjalanan jauh. Semuanya dengan menggunakan teknologi yang tidak murah.
Setelah air dari Waduk Jatiluhur sampai ke Jakarta, masih ada serangkaian proses pendistribusian lagi. Proses mahal tersebut dipersembahkan untuk warga Jakarta.
"Air baku kita tidak didapat dengan gratis," ujar Lintong. Akan tetapi, Lintong melihat masyarakat masih belum memahami itu.
Mereka masih berpikir bahwa air tiba-tiba mengalir ke rumah mereka. Tanpa tahu ada serangkaian proses yang harus dilewati. Apalagi, harga air yang harus dibayar masyarakat tergolong murah yaitu hanya Rp 3 per liter.
"Maksud saya, sebetulnya dengan lihat prosesnya tadi, tidak patut dong Rp 3 per liter. Sekarang pembantu kita kalau beli pulsa saja bisa beli puluhan ribu rupiah," ujar Lintong.
Lintong berharap dengan ini masyarakat bisa memahami mahalnya air. Sehingga, mereka tidak lagi boros dalam menggunakannya.
Meski pasokan air dari Waduk Jatiluhur masih berlimpah, kata Lintong, sebaiknya masyarakat tetap harus berhemat. "Yang harus kita pikirkan adalah air itu bukan barang gratis," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.