Pada siang hari penduduk Jakarta melonjak drastis menjadi 11,5 juta jiwa dari 9,7 juta jiwa pada malam hari. Lonjakan tersebut terjadi karena ibu kota kedatangan warga yang mendiami daerah sekitar seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Dengan luas 661,52 kilometer persegi dan rasio penyebaran yang tak merata maka tak heran Jakarta pun dihadapkan dengan sejumlah persoalan. Selain banjir, sampah, ketersediaan air bersih, penurunan permukaan tanah, masalah yang tak kalah krusial adalah kepadatan lalu lintas dan keterbatasan ruang publik.
Aneka persoalan ini menjadi tanda bahwa populasi yang tinggi tak ditopang oleh daya dukung lingkungan yang baik. Salah satu ruang publik yang terdampak adalah trotoar.
Tengok saja situsi trotoar yang ada di ibu kota. Lihat saja seperti apa nasibnya. Ruang publik yang satu ini sungguh-sungguh menjadi anak tiri. Tak hanya terpinggirkan dan tak dianggap, keberadaannya pun diinjak-injak. Persis seperti anak tiri yang diperlakukan dengan kejam.
Situasi ini tak lepas dari kondisi Jakarta sebagaimana disinggung di atas. Penyebab pun bertali temali antara lain ketidakseimbangan volume kendaraan dan ketersediaan jalan.
Data yang dikeluarkan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyebutkan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dan sekitarnya bertambah sebanyak 5.500 hingga 6.000 unit kendaraan per hari
Trotoar pun berubah menjadi perluasan jalan raya. Suasana pedestrian menjadi tak nyaman dan para pejalan kaki semakin tersudut dan hak-haknya pun tercabut.
Munculnya sejumlah gerakan seperti dari Koalisi Pejalan Kaki lewat aksi ‘Menyelamatkan Trotoar untuk Pejalan Kaki’ menjadi antitesis dari keprihatian atas situasi miris trotoar di ibu kota.
Situasi ini semakin diperparah dengan kehadiran PKL (pedagang kaki lima) yang biasa berjualan di badan trotoar. Di Jakarta sebagian besar PKL masih belum terorganisasi sehingga lebih memilih trotoar sebagai tempat berjualan. (oish-cleochyn)
Tulisan selengkapnya baca di Kompasiana dengan judul "Trotoar: Anak Tiri Ruang Publik Jakarta"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.