Menurut jajak pendapat Litbang Kompas, November lalu, perilaku warga yang mengakibatkan sumbatan pada saluran air punya peran utama terhadap kemunculan banjir.
Tujuh dari 10 responden yang dihubungi lewat telepon sepakat bahwa gorong-gorong air yang tersumbat menjadi penyebab utama munculnya genangan ataupun banjir di lingkungan sekitar rumah mereka.
Kelancaran air yang mengalir dari hulu ke hilir selama ini memang bergantung pada 13 sungai dan saluran drainase di Jakarta.
Jika ada yang menghambat, seperti tumpukan sampah, genangan banjir berpotensi muncul. Tindakan menutup bagian atas saluran air dengan cor beton ternyata berdampak buruk pada aliran air, yakni pembersihan lebih sulit dilakukan.
"Saluran got di tepi jalan di sekitar banyak yang ditutup dengan beton. Got jadi sulit dikontrol. Sampah menumpuk di dalamnya," kata Benny (53) yang tinggal di kawasan Terminal Grogol, Jakarta Barat.
Akibatnya, saat hujan deras, rumah pengusaha otomotif ini sering kebanjiran dan lama surut. Jika hasil jajak pendapat ditelaah lebih jauh, kondisi saluran air yang mampet lebih banyak terjadi di daerah yang sering mengalami banjir.
Tidak hanya menghilangkan sumbatan, sekelompok kecil warga juga membuat sumur resapan di sekitar rumah.
Sumur resapan berfungsi mengurangi aliran permukaan sehingga bisa mencegah atau mengurangi terjadinya banjir dan genangan air. Selain itu, air yang masuk ke dalam sumur bisa menjadi cadangan air tanah.
Komunitas
Dalam skala lebih luas, komunitas peduli lingkungan yang berusaha menjaga kebersihan sungai dan saluran air makin agresif. Komunitas Masyarakat Peduli Ciliwung (Mat Peci), misalnya.
Komunitas yang dipimpin oleh Bang Usman ini kerap mengadakan kegiatan bersih Sungai Ciliwung dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar sungai.
Demikian pula dengan gerakan warga di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur.
Komunitas yang diberi nama Mapeling, kependekan dari Masyarakat Peduli Ciliwung, itu secara rutin membersihkan sungai dari sampah sejak 2013.
Usaha swadaya warga yang dilengkapi dengan aneka upaya Pemprov DKI semestinya menghasilkan kesiapan menghadapi banjir yang lebih baik ketimbang waktu sebelumnya. Kalaupun muncul genangan, akan hilang lebih cepat.
"Setelah banjir besar 2014, banyak infrastruktur di sekitar (rumah) saya yang diperbaiki. Got-got dibersihkan dan dikeruk oleh pemerintah. Jika ada genangan cepat sekali surut airnya," kata Christine.
(Budiawan Sidik A/ Litbang Kompas)
-------------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Rabu, 13 Januari 2016, dengan judul "Jakarta Dinilai Lebih Siap Menghadapi Banjir".