Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pepih Nugraha
Wartawan dan Blogger

Wartawan biasa yang hidup di dua alam media; media lama dan media baru

Siapa Bilang Ahok Tak Bisa Dikalahkan?

Kompas.com - 02/03/2016, 16:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Terbetik berita, beberapa hari lalu belasan kekuatan lawan Ahok berkumpul merapatkan barisan. Tujuannya hanya satu, melawan Ahok dengan cara mengeroyok. Ini adalah stategi politik untuk membendung Ahok.

Bayangkan saja, segerombol parpol bersekutu untuk menggalang satu kekuatan calon yang bahkan tidak diusung satu parpol pun alias Independen. Belakangan tersiar kabar parpol tertentu hendak meminang Ahok.

Pertanyaannya, siapa pasangan dari segerombol parpol itu yang akan disodorkan? Sesama parpol atau lintas parpol? Bukankah ini berpotensi saling rebutan pengaruh dan gontok-gontokkan mengenai siapa yang lebih pantas menjadi pasangan pembendung Ahok?

Kalaupun berhasil mulus meloloskan pasangan, bagaimana elektabilitas mereka di mata warga DKI yang sudah menjadi melting pot di segala sendi kehidupan?

Aliansi lain untuk membendung Ahok adalah dengan strategi isu SARA; suku, agama, ras, dan antargolongan. Cara pembendungan ini masih dianggap efektif mengingat Indonesia adalah “negara Muslim” terbesar sejagat raya dilihat dari prosentase penganutnya.

Tetapi kalau paham bahwa pada Pilkada DKI 2012 lalu isu SARA ini gagal mencapai sukses, kandidat manapun tidak sudi menjadi keledai yang terperosok dua kali ke dalam lubang yang sama.

Lihat saja saat debat antarcalon wakil gubernur di mana berhadapan Ahok dengan pesaingnya. Yang terjadi adalah gurauan usang dengan menirukan kebiasaan etnis Tionghoa masa lalu, “Haiyaaaaa….. Ahok” dengan lafal yang dicina-cinakan.

Terdengar lucu memang, tetapi lebih lucu lagi adalah si pesaing Ahok itu yang benar-benar tampil sebagai pelawak, bukan sebagai bakal calon wakil gubernur. Cara konyol macam ini pun menemui jalan buntu.

Front pembela berbasis keagamaan juga sudah pasang badan, mengajak warganya yang seiman untuk tidak memilih Ahok, bahkan mungkin mengharamkannya. Padahal, kampanye Pilkada belum dimulai.

Belum lagi bakal calon lainnya yang beretnis khas berteriak, salah satu anggota pasangan –bakal calon gubernur atau wakilnya— harus suku tertentu. Jadi sesungguhnya, isu SARA sudah dimainkan dari sekarang.

Memang berat melawan Ahok, tetapi bukan tidak mustahil dikalahkan. Petahana semacam Ahok saat kampanye program tinggal bilang “sudah melakukan”, sedangkan para pesaingnya akan lebih berat lagi mengatakan “akan melakukan”.

“Sudah melakukan” artinya sudah ada bukti, sedangkan “akan melakukan” masih berupa angan-angan dan belum ada bukti. Itu keuntungan Ahok sebagai petahana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selebgram di Bogor Digaji Rp 5,5 Juta Per Bulan untuk Promosikan Situs Judi Online

Selebgram di Bogor Digaji Rp 5,5 Juta Per Bulan untuk Promosikan Situs Judi Online

Megapolitan
Kecewanya Helmi, Anaknya Gagal Lolos PPDB SMP Negeri karena Umur Melebihi Batas

Kecewanya Helmi, Anaknya Gagal Lolos PPDB SMP Negeri karena Umur Melebihi Batas

Megapolitan
Menteri Sosial Serahkan Bansos untuk Warga Kepulauan Tanimbar Maluku

Menteri Sosial Serahkan Bansos untuk Warga Kepulauan Tanimbar Maluku

Megapolitan
Cerita 'Single Mom' Sulit Daftarkan Anak PPDB Online

Cerita "Single Mom" Sulit Daftarkan Anak PPDB Online

Megapolitan
Sohibul Batal Dicalonkan Gubernur tapi Jadi Cawagub, PKS Dinilai Pertimbangkan Elektabilitas

Sohibul Batal Dicalonkan Gubernur tapi Jadi Cawagub, PKS Dinilai Pertimbangkan Elektabilitas

Megapolitan
Polresta Bogor Tangkap Selebgram yang Promosikan Judi 'Online'

Polresta Bogor Tangkap Selebgram yang Promosikan Judi "Online"

Megapolitan
Warga Terpukau Kemeriahan Puncak HUT Ke-497 Jakarta

Warga Terpukau Kemeriahan Puncak HUT Ke-497 Jakarta

Megapolitan
Setelah PKS-PKB, Anies Optimistis Ada Partai Lain yang Bakal Usung Dirinya di Pilkada Jakarta

Setelah PKS-PKB, Anies Optimistis Ada Partai Lain yang Bakal Usung Dirinya di Pilkada Jakarta

Megapolitan
Polisi Sebut Pelaku Pembakaran Rumah di Jakbar Tak Gunakan Bensin, Hanya Korek Api

Polisi Sebut Pelaku Pembakaran Rumah di Jakbar Tak Gunakan Bensin, Hanya Korek Api

Megapolitan
Kesal Ditinggal Istri, AS Nekat Bakar Pakaian Hingga Menyebabkan Kebakaran di Jakbar

Kesal Ditinggal Istri, AS Nekat Bakar Pakaian Hingga Menyebabkan Kebakaran di Jakbar

Megapolitan
PKS Usung Anies pada Pilkada Jakarta, Pengamat: Pilihan yang Realistis

PKS Usung Anies pada Pilkada Jakarta, Pengamat: Pilihan yang Realistis

Megapolitan
Polisi Sempat Kesulitan Tangkap Pembakar Rumah di Jalan Semeru, Pelaku Kerap Berpindah

Polisi Sempat Kesulitan Tangkap Pembakar Rumah di Jalan Semeru, Pelaku Kerap Berpindah

Megapolitan
Gagap Teknologi, Orangtua Calon Siswa Keluhkan PPDB Online Jakarta

Gagap Teknologi, Orangtua Calon Siswa Keluhkan PPDB Online Jakarta

Megapolitan
Dishub Jakpus Arahkan Bus Wisata Parkir di Lapangan Banteng agar Tak Kena Ketok Pungli Parkir Liar

Dishub Jakpus Arahkan Bus Wisata Parkir di Lapangan Banteng agar Tak Kena Ketok Pungli Parkir Liar

Megapolitan
Permintaan Siswi SMK Lingga Kencana Sebelum Kecelakaan: Ingin Ulang Tahunnya Dirayakan

Permintaan Siswi SMK Lingga Kencana Sebelum Kecelakaan: Ingin Ulang Tahunnya Dirayakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com