Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah EF, Primadona yang Dibunuh secara Sadis oleh Para Pemburu Cintanya

Kompas.com - 18/05/2016, 09:55 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Teka-teki mengapa EF (19), seorang karyawati di Tangerang, dibunuh secara sadis oleh ketiga tersangka, yakni RA (16), Rahmat Arifin, dan Imam Hapriadi, akhirnya terkuak.

EF merupakan primadona yang banyak disukai laki-laki di sekitaran tempat tinggalnya. Ketiga pelaku pembunuh dan pemerkosa EF merupakan sederet pria yang mengagumi korban.

"Saat pemeriksaan dilakukan, RA mengaku sendiri bahwa korban banyak disukai laki-laki," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti di Mapolda Metro Jaya, Selasa (17/5/2016).

Krishna mengatakan, RA tega membunuh korban lantaran EF tidak mau diajak bersetubuh karena takut hamil. Sementara itu, Arifin memerkosa dan ikut membunuh korban lantaran kesal sering dihina jelek oleh EF.

Tersangka lainnya, Imam, ikut membunuh dan sempat melukai wajah EF dengan garpu makan lantaran kesal cintanya bertepuk sebelah tangan dengan korban.

"IH ini kesal dengan korban karena sudah melakukan pendekatan berkali-kali, tetapi tidak direspons oleh korban," ucap Krishna.

Akhirnya, rasa sakit hati inilah yang mendasari ketiga tersangka kompak untuk membunuh korban dengan cara yang sadis. Padahal, ketiganya belum saling kenal sebelumnya.

Hal ini sesuai apa yang diperkirakan oleh kriminolog Reza Indragiri Amriel. Saat itu, Reza menduga penancapan gagang pacul itu dianggap karena dengan hanya membunuh tidak dapat memuaskan emosi para pelaku.

"Kekerasan berupa penganiayaan dilakukan karena pencabutan nyawa manusia dirasa tidak memuaskan atau melegakan luapan emosi pelaku," ujar Indra, Selasa.

Selain itu, Reza juga menyebut bahwa penancapan gagang pacul di salah satu bagian tubuh korban mengisyaratkan bahwa bagian tubuh itulah yang menyebabkan kemarahan pelaku.

"Gagang pacul di bagian tubuh korban merupakan signature. Dalam kesadisan, organ yang dirusak acap mencerminkan pemicu amarah dan agresi si pelaku," kata dia.

Menurut Reza, pembunuhan sadis yang dilakukan RA bersama kedua temannya terhadap EF sangat mungkin terjadi. Orang yang sakit hati disebut bisa saja melakukan hal-hal keji.

"Ya, sangat mungkin. Hati yang tersinggung, martabat yang dirusak, nama baik yang dihina dina," ujar Reza.

Akhirnya, meski mereka mengaku baru saling kenal, polisi telah menjerat ketiganya dengan Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Pembunuhan Berencana dengan ancaman hukuman seumur hidup kurungan penjara. Namun, bagi satu tersangka, RA, akan mendapat keringanan dengan mempertimbangkan faktor anak di bawah umur.

Kompas TV Gara-Gara Sakit Hati, Nyawa Melayang secara Sadis
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com