JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Sosial Republik Indonesia bersama mitranya PLAN Internasional Indonesia, organisasi hak anak dan kemanusiaan, memfasilitasi pencatatan kelahiran untuk para anak yang belum memiliki akta kelahiran di Jakarta. Program ini khusus menyasar anak dari keluarga kurang mampu, termasuk anak jalanan.
Penyerahan akta kelahiran itu akan dilakukan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, yang akan dilakukan di kolam renang Laros Gelanggang Olahraga (GOR) Rawa Badak Selatan, Semper, Koja, Jakarta Utara, Kamis (19/5/2016).
Para orangtua yang membawa anaknya sangat senang dengan kegiatan pembuatan akta kelahiran tersebut. Salah satunya Mega (33), warga RT 11/09, Tanah Merah, Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara.
Mega senang karena akhirnya anaknya dapat memiliki akta kelahiran.
"Saya mau ngucap terima kasih buat pemerintah, alhamdulillah akhirnya anak kita diakui negara," kata Mega, Kamis pagi.
Perempuan yang mengaku bekerja sebagai pemulung itu mengakui kurang paham cara mengurus pembuatan akta kelahiran anaknya. Ia pun kurang mendapat sosialisasi.
Padahal, akta kelahiran bermanfaat untuk mengurus sekolah, termasuk mendapatkan program-program jaminan dari pemerintah, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIS).
Kini, anaknya, Arif (10), yang duduk di bangku kelas III SD, bisa punya akta kelahiran. Arif yang mengambil sekolah di sebuah yayasan itu juga kelak punya kesempatan bisa menikmati akses ke sekolah negeri.
Kesulitan mengakses sekolah negeri karena tidak memiliki akta kelahiran juga pernah dialami Haura Maharani (13), salah satu anak yang jadi peserta penerima akta kelahiran hari ini.
Ibu Haura, Aryani (40), warga RT 11/09 Tanah Merah, itu menceritakan, enam tahun lalu anaknya kesulitan saat hendak masuk SD karena tak punya akta kelahiran.
Keinginan mengurus akta kelahiran di kelurahan juga terhalang karena Aryani sadar tak memiliki surat nikah. Buku nikahnya hangus saat kebakaran melanda Tanah Merah pada 2003 lalu.
"Sebenarnya bisa ngurus, tetapi saya sadar berkas kita yang kurang," ujar Aryani.
Dampaknya, ia dipersulit saat akan mendaftarkan anaknya ke SD negeri. Karena merasa dipersulit, Aryani akhirnya mendaftarkan anaknya ke sekolah milik sebuah yayasan.
"Akhirnya bisa masuk ke semacam sekolah paket di PKBM," ujar Aryani.
Menurut Aryani, putrinya, Haura, cukup berprestasi. Haura yang kini duduk di kelas VI SD itu selalu mendapat peringkat pertama sejak kelas I sampai dengan kelas VI.