Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heru Margianto
Managing Editor Kompas.com

Wartawan Kompas.com. Meminati isu-isu politik dan keberagaman. Penikmat bintang-bintang di langit malam. 

Satu-satunya Cara Mengalahkan Ahok

Kompas.com - 22/06/2016, 15:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Mari berandai-andai. Jika Anda akan maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 nanti, strategi apa yang akan Anda ambil untuk mengalahkan petahana? Kira-kira, apa yang membuat warga Jakarta enggan untuk memilih Ahok?

Mari kita tengok sebentar survei terbaru yang dirilis Manilka Research and Consulting, Minggu (19/6/2016).  Survei yang dilakukan Juni 2016 itu mendapatkan, elektabilitas Ahok berada di urutan teratas, 49,3 persen, mengungguli 17 nama lainnya.

Di bawah Ahok ada Ridwan Kamil di posisi kedua dengan elektabilitas 9,3 persen. Selanjutnya ada Yusril Ihza Mahendra 6,8 persen, Yusuf Mansur 6,5 persen, dan Tri Rismaharini 6 persen. Selengkapnya tentang hasil survei baca: Survei: Elektabilitas Ahok Belum Tersaingi.

Dengan elektabilitas yang kukuh, apa yang bisa dipertarungkan di panggung pilkada? Anda mau beradu program? Mari simak survei kepuasan masyarakat Jakarta atas kinerja Ahok.

Dalam survei yang dilakukan Manilka didapati, tingginya elektabilitas Ahok karena publik mengaku puas dengan kinerja pemprov DKI Jakarta.

Tingkat kepuasannya mencapai 67,5 persen. Tiga sektor kepuasan publik adalah di bidang pendidikan, kesehatan, dan penanganan banjir.

Angka kepuasan itu lebih rendah dibanding hasil survei Charta Politika yang dilakukan sekitar medio Maret 2016. Charta Politika mendapatkan, angka kepuasan publik mencapai 82,8 persen.  Rinciannya, sebanyak 21,8 persen menyatakan sangat puas dan 61 persen mengaku cukup puas. Baca: Charta Politika: 82,8 Persen Warga Jakarta Puas akan Kinerja Ahok.

Dari dua survei itu tentu tidak bisa serta merta ditarik kesimpulan bahwa tingkat kepuasan publik menurun. Dua survei yang dilakukan dua lembaga berbeda mestiya memiliki sejumlah catatan berbeda. Lain halnya jika survei dilakukan oleh lembaga yang sama dengan maksud mencari hasil longitudinalnya dalam periode tertentu.

Kembali pada pertanyaan semula, apa yang harus dilakukan berhadapan dengan petahana yang elektabilitasnya begitu kukuh?

Hanya ada satu cara: menggerus kredibilitasnya. Pilkada masih tahun depan. Masih ada waktu yang sangat cukup untuk mengikis kredibilitas Ahok.

Setidaknya ada tiga isu yang selama ini kerap dimainkan dalam pertarungan pilkada untuk menggerus kredibilitas lawan. Ketiga hal itu menyangkut program kerja, kelemahan personal, dan hal-hal menyangkut masalah hukum.

Program kerja

Pertama, persoalkanlah kinerja petahana dan kampanyekanlah harapan. Mengkritik kinerja petahana biasanya adalah amunisi paling mudah untuk meraih dukungan publik. Setelah itu, kandidat baru akan menjual harapan bahwa mereka akan melakukan kinerja yang lebih baik.

Jokowi dan Basuki berhasil menggunakan strategi ini pada pilkada DKI Jakarta 2012. Dengan mengusung semboyan “Jakarta Baru”, keduanya menjual harapan akan Jakarta yang lebih baik.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama meniggalkan istana merdeka, Jakarta usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo, Jumat (27/2/2015). Dalam pertemuan itu Basuki melaporkan kisruh terkait APBD 2015 kepada Presiden Joko Widodo.
Pasangan ini menohok kinerja Fauzi Bowo soal macet, banjir, dan birokrasi pemerintahan yang bertele-tele. Strategi ini mengena dengan baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com