BPKAD akhirnya menyetujui usulan Kevin. PKL pun mulai diberi izin dengan terlebih dahulu menyortir PKL yang bagus-bagus dan membuatkan rekening Bank DKI untuk mereka.
Nafas baru
Mulai Juli 2015, TPO Jakarta Kota akhirnya mengembuskan nafas baru. Dengan tarif sekitar Rp 150.000 per bulan, sebanyak 28 PKL menjajakan bermacam-macam jualan dan secara langsung menghidupi TPO ini.
Ada penjual kaus Jakarta, penjual sepatu, aksesoris ponsel, soto lamongan, dan berbagai dagangan lainnya. Namun perjuangan Kevin tak berhenti di situ. Ia ingin mengubah stigma terminal yang bau pesing dan jorok menjadi terminal yang menjadi tempat pelepas penat orang-orang.
Dari uang retribusi itu, Kevin menganggarkan sebagian kecil untuk mempercantik TPO. Pohon-pohon mulai dibeli, juga hiasan menjelang hari besar mulai dipajang. Selain ketupat lebaran, Februari lalu terowongan ini dihiasi lampion-lampion Tionghoa dalam rangka Tahun Baru Imlek.
Kevin mengatakan, tiga bulan sebelum hari besar jatuh, ia sudah mengonsep dan mengumpulkan uang untuk membeli hiasan. Untuk perayaan lebaran ini, para pedagang menghabiskan sekitar Rp 12 juta.
Kevin mengatakan jumlah itu tidak besar jika dibanding keuntungan yang mereka dapatkan. Hiasan dengan kualitas yang terbaik yang dibeli agar bisa digunakan lagi di tahun berikutnya.
Meski masih panjangnya umur ketupat tersebut, Kevin saat ini mengaku sudah memesan bendera merah putih untuk menyambut perayaan 17 Agustus. Ia senang melihat warga datang ke TPO ini tidak hanya sekedar melintas, tapi juga duduk-duduk di air mancur sambil menikmati sajian kuliner. Atau berfoto-foto dengan hiasan.
"Ini supaya orang-orang merasa nyaman dan senang. Pasti senang dong kalau misalnya ke sini melihat tidak hanya hari rayanya mayoritas saja yang dirayakan, tapi juga minoritas merasa diakui. Semua hari raya mulai dari Islam, Kong Hu Cu, Buddha, Hindu, kami akui semua di sini," ujarnya.
Untuk menjaga hiasan, Kevin memajang peringatan keras dengan ancaman pidana penjara bagi orang yang tega merusaknya. Sebab menurutnya, fasilitas ini adalah milik bersama yang harus dijaga. Ia tak mempedulikan siapa yang membayar, selama itu untuk kebaikan rakyat.
"Makanya saya bilang ke PKL di sini, kita harus siap kalau sewaktu-waktu kita digusur, sebab ini milik rakyat, milik bersama, apapun kita lakukan untuk menguntungkan masyarakat," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.