Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arsyad Sering Di-"bully" dan Alami KDRT Waktu Kecil

Kompas.com - 14/07/2016, 17:08 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Muhammad Arsyad (26) telah menjalani pemeriksaan psikologi di Mapolresta Depok, Kamis (14/7/2016). Dari hasil pemeriksaan itu, polisi berhasil menguak sedikit demi sedikit latar belakang Arsyad yang menyebabkan ia bertindak cabul kepada anak kecil.

Kanit Pelayanan dan Perlindungan Anak Polresta Depok AKP Elly Padiansari menyebut waktu kecil, Arsyad sering di-bully.

"Dia di-bully karena ekonominya rendah, enggak punya uang dan segala macem," kata Elly di Mapolresta Depok, Kamis.

Ejekan dan hinaan waktu kecil itu diperparah oleh hubungan keluarga Arsyad yang diwarnai dengan kekerasan. Arsyad mengaku orangtuanya sering bertengkar dan melakukan kekerasan.

"Dia dulu korban teman-temannya dibully waktu kecil kemudian keluarganya KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), itu membuat hidupnya kacau," ujar Elly.

Hal itulah yang membuat Arsyad lebih senang dekat dengan anak kecil. Sebab anak kecil tidak pernah menanyakan atau menyinggung latar belakang Arsyad. (Baca: Arsyad Jalani Pemeriksaan Psikologi, Belum Ditetapkan sebagai Paedofil)

Kendati demikian polisi belum bisa menyimpulkan apakah kedekatannya dengan anak kecil dapat disebut kecenderungan pedofilia. Salah satu hal yang menyebabkan pedofilia pada lelaki dewasa biasanya adalah trauma masa kecil karena pernah menjadi korban pelecehan seksual.

"Oh enggak pernah dia waktu kecil dicabuli," ujar Elly.

Arsyad ditangkap saat sedang menyekap seorang anak perempuan berusia 10 tahun di sebuah villa di Puncak, Senin (11/7/2016). Ia berniat menyetubuhi anak itu.

Sebulan sebelumnya, ia juga mencabuli anak perempuan berusia 7 tahun. Arsyad kini terancam Pasal 332 KUHP tentang penculikan Anak di Bawah Umur dengan ancaman hukuman tujuh tahun penjara. Pihak kepolisian saat ini masih memeriksa Arsyad terkait kasus penculikan tersebut. (Baca: Ditanya Mengapa Cabuli Anak-anak, Arsyad Mengaku karena Sayang)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com