Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kesaksian PRT Lain yang Dianiaya Majikannya di Matraman

Kompas.com - 21/07/2016, 20:30 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus penganiayaan pekerja rumah tangga (PRT) Sri Siti Marni alias Ani (20) tidak hanya satu korban. Selain Ani, tiga PRT lainnya di rumah terdakwa Meta Hasan Musdalifah, juga mengalami penganiayaan.

Selain terdakwa Meta, sopir terdakwa yakni Ari juga jadi tersangka karena ikut melakukan penganiayaan.

Dalam sidang terpisah kasus ini di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, PRT lain yang jadi korban, Wardi dihadirkan jadi saksi. Dalam kesaksiannya Wardi mengaku dianiaya sejak tahun 2013 sampai 2016.

"Yang saksi ingat, saksi dipukul terdakwa di mana?" tanya Hakim Ketua Novri Olo di ruang sidang di PN Jakarta Timur, Kamis (21/7/2016).

Wardi menjawab bahwa dia dipukul Ari di lantai dua rumah majikannya terdakwa Meta. Salah satunya menggunakan batang sapu yang terbuat dari aluminium.

"Dipukul pakai batang sapu di tangan, dan disiram air panas," ujar Wardi.

Menurut Wardi, ia kerap dipukul kalau sedang tidak melakukan pekerjaan. Wardi sehari-hari bekerja mengepel rumah, membersihkan anak kucing dan belanja.

"Dipukul karena enggak kerja," ujar Wardi.

Selain mendapat penganiayaan, sejak bekerja di rumah terdakwa tahun 2012 sampai 2016, Wardi mengaku tidak diberi upah.

"Dikasih gaji enggak?" tanya hakim. "Tidak," jawab korban.

Kordinator Nasional JALA PRT Lita Anggraini menyatakan, pengadilan akan memanggil tiga korban lain selain Wardi.

"Minggu depan tiga saksi sekaligus," ujar Lita.

Lita menyatakan, empat korban itu dalam perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Sebab, ada kekhawatiran keluarga terdakwa melakukan ancaman.

"Semua masih dalam perlindungan LPSK. Wardi itu masih ketakutan berbicara. Keluarga terdakwa juga saat dipertemukan di kepolisian, Musdalifah itu kan minta Ani cabut laporan. Tapi karena Ani enggak mau dia marah-marah," ujar Lita. (Baca: Majikan yang Aniaya PRT di Utan Kayu Diharapkan Dapat Hukuman Maksimal)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com